Monday, March 19, 2012

My Simple Ideal

Cita-cita gw cukup simple… tapi juga cukup rumit untuk dijalankan. Yup, gw ingin menjalankan salahsatu sunnah Rasul, menikah. Membangun sebuah keluarga dgn pria yg gw cintai (begitupun dgn dia), memiliki dua anak (atau lebih), membesarkan anak-anak bersama suami, dan tentunya yg dilandasi oleh persamaan keyakinan (agama), saling perhatian, saling mencinta, saling menghargai dan saling mendukung. Mungkin tidak banyak wanita di muka bumi ini yang memiliki cita-cita seperti aku yang ingin menikah diatas umur 20 tahun dan dibawah umur 30 tahun, khususnya bagi mereka yg lebih mementingkan dunia karir ketimbang membangun sebuah keluarga kecil. 

Emansipasi menjadi salahsatu alasan mengapa sebagian, atau bahkan kebanyakan wanita lebih memilih mengembangkan karir ketimbang membangun sebuah keluarga. Emansipasi wanita yg diprakarsai oleh Ibu Kartini seiring berjalannya waktu dan perubahan masa, pengertian emansipasi itu sendiri pun disalah mengerti oleh beberapa wanita. Pada kodratnya wanita diciptakan untuk menjadi seorang pelengkap bagi kehidupan seorang pria. Pria membutuhkan wanita, begitupun sebaliknya. Dan untuk menjalankan salahsatu sunnah Rasul, yaitu menikah, seorang pria membutuhkan sosok seorang wanita yg nantinya dapat memberikan keturunan dan membangun sebuah keluarga. Tugas wanita itu sendiri selain sebagai istri yg mengurus suami dalam memenuhi hal jasmani maupun rohani, mengurus keuangan, rumah, sampai bersih-bersih rumah pun menjadi tugas wanita. Namun, bukan berarti wanita yg harus mengerjakan semua pekerjaan itu. Semua harus balance antara suami dan istri, saling melengkapi pekerjaan. Yang jelas, meskipun adanya istilah emansipasi, tugas dari seorang wanita sekalipun itu berat, tidak seharusnya melebihi kemampuan pria. Wanita tetap harus menuruti apa yang dikehendaki suami (dalam hal positif). Berat memang jika dilakukan tanpa rasa ketulusan dan keikhlasan diri dalam melaksanakan semua pekerjaan dalam rumah tangga. Semua kembali pada diri kita masing-masing. Bagaimana kita bisa me-manage sesuatu untuk kepentingan bersama tanpa harus mengorbankan kepentingan pribadi.
Kita (wanita) pasti akan dilanda oleh suatu fase dimana fase tersebut dapat membuat kerisauan hati, khususnya wanita yang sudah memasuki quarter-life crisis, biasanya akan mengalami keberagaman pertanyaan dalam benak pikiran, “kapan saya menikah?? Saya sudah cukup umur untuk menikah.. lalu kemanakah pria-pria itu.. mengapa mereka belum saja melamarku??” Untuk beberapa wanita yg sudah memiliki keluarga dibawah 25 tahun tidak mengalami quarter-life crisis karena mereka tidak lagi memikirkan “kapan pacar/tunangan saya melamar?? Kapan hari pernikahan itu terjadi?? dan lain-lain. Tentu saja, bagi wanita yg tidak sibuk dgn karir dan memiliki cita-cita seperti aku itu akan lebih mengutamakan membangun sebuah keluarga kecil nan harmonis bersama pria yg dicintai. 

Namun, tidak semudah apa yg dikira, untuk meminta pacar/tunangan meminang kita pun nampaknya menjadi hal yg sulit. Disaat teman-teman kita yg berumur dibawah kita sudah menikah, nampaknya kita iri dan merasa semakin tua karena dikejar-kejar oleh deadline umur untuk menikah dari orangtua. Sedih memang jika terlalu dipikirkan, namun apa yang dapat wanita lakukan selain sabar dan menunggu pacar atau jodoh kita datang meminang kita. Padahal kalau dipikir oleh kita sebagai wanita, mengurus, merawat, membangun sebuah keluarga itu bukan lah hal yg rumit dilakukan, meskipun kenyataannya mungkin akan rumit, namun bila dilakukan bersama dan saling mengisi kekosongan itu, bukan tidak mungkin akan tercipta keharmonisan dan keselarasan dalam membangun keluarga. Wanita pada hakekatnya jauh lebih kuat dan dapat meng-handle banyak hal dalam satu waktu (multi-tasking), meski terkadang terhimpit oleh mood yang kadang merusak suasana hati (hehehe). Tapi, tidak demikian dengan pola pikir pria, mereka berpikir bahwa menjadi seorang kepala keluarga itu harus sukses terlebih dahulu dalam karir, memiliki banyak uang, dapat meng-handle urusan pekerjaan dan juga keluarga. Bagaimana nanti kalau punya anak, ada tambahan biaya untuk hidup, biaya sekolah, dan lain-lain. Tuhan memang sudah mengatur rejeki masing-masing, dan kita pun sebagai hamba-Nya tidak ada yang tahu rahasia itu. Kita hanya dapat berusaha dan tetap berdoa. Lain halnya dengan pria tentu akan lebih memilih karir dan pekerjaan, karena mereka berpikir kelak akan menjadi seorang kepala keluarga yg harus menghidupi istri dan juga anak-anak.

Haduuhh… jd ngelantur ih curhatnya... segala dibahas. Hehehe… Pokonya, pd intinya, cita-cita gw simple, ingin berkeluarga, hidup harmonis dgn keluarga kecil gw, dan pastinya membahagiakan orangtua :)

Doa kan ya pemirsaaaa... HUhuuhuhu gw 28 tahun nih skrg dan masih jomblo. hiks :( Semoga jodoh gw udah deket. Amien.

No comments:

Post a Comment