Monday, February 25, 2013

Pelajaran Gratis dari Tuhan

Beliau yang membuatku harus kuat dan harus terus berjuang melawan rasa pesimis ini, karena apabila aku putus asa dan tidak bersemangat untuk menjalani hidup ini, bagaimana bisa beliau kuat pula dalam menjalani ujian dari-Nya yang sudah 3 tahun ini melawan sakitnya pasca-stroke. Beliau adalah ibuku, ibu kandungku. Beliau menjadi penyemangat hidupku, dikala aku berada di titik hampir putus asa dan hilang ketidakpercayadirian, beliau lah yang aku lihat pertama. Dengan keterbatasan gerak dan bicara, beliau masih semangat untuk dapat sembuh. Malu rasanya apabila aku patah semangat dan putus asa. Aku masih muda, sehat, tidak kekurangan kemampuan dalam fisik, masa iya aku harus kalah dari ibuku sendiri. Ini memang bukan sebuah pertarungan siapa yang menang siapa yang kalah, tapi cerminan ini lah yang selalu membuatku harus tegar dan pantang menyerah. Beliau inspirasi terbesar sebelum ayahku. Beliau mengajarkan banyak hal padaku. Beliau panutan bagiku. 

Perbedaan aku dengan kelima kakak-kakak lelakiku adalah, semua kakak-kakak ku sudah berkeluarga dan bekerja/berpenghasilan tetap. Mereka tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan, tidak punya uang sama sekali, bahkan di saat membutuhkan orang terdekat pun mereka ada, tapi sayang, mereka tidak merasakan apa yang aku alami dan jalani selama 3 tahun ini. Oke, mereka punya pasangan, anak-anak, uang, dan rumah. Aku, masih nebeng tinggal bersama kedua orangtuaku, tidak berpenghasilan tetap, sering tidak punya uang, dan kadang masih suka pinjam/minta uang kepada orangtua. Tapi, selama 3 tahun ini, aku mendapatkan banyak hal, dan mungkin salahsatunya adalah pahala dari-Nya karena aku hampir setiap saat berada dekat dan merawat ibuku. Aku memang tidak digaji untuk merawat kedua orangtuaku, tapi insyaAllah aku mendapatkan pahala dari-Nya. Uang bukan lah semata-mata hal yang sangat diidamkan oleh semua orang, mungkin juga beberapa diantaranya tidak bagi kakak-kakakku, mereka dipisahkan oleh jarak untuk bertemu atau bahkan bercengkrama dengan ayah ibu kami, mereka tidak bisa memeluk atau bersenda gurau setiap hari, melihat perkembangan ibu kami pun tidak setiap hari mereka bisa pantau, sedangkan aku, dari mulai memandikan pagi, memasak, membersihkan rumah, mengajarkan berbicara, fisioterapi ibu pun aku lakukan hampir setiap hari, bergantian dengan ayah. Rasa jenuh dan capek memang sering datang padaku, perasaan tidak disayangi anggota keluarga lain pun aku rasakan, sebal rasanya dengan rutinitas seperti ini, tidak ada pekerjaan yang menghasilkan uang, 24 jam berada di dalam rumah, berinteraksi dengan orang yang sama, belum lagi apabila aku dan ayahku yang sama-sama sedang capek dan ibu yang mencoba menjelaskan sesuatu namun kami tidak mengerti, seringkali membuat kami capek dan emosi tinggi, yang ujung-ujungnya, berbicara dengan nada tinggi pun terucap. Tidak berapa lama penyesalan pun muncul. Tapi ya begitulah rutinitas kami di rumah. Kesal dan merasa tidak disayangi pun sering datang, ketika aku capek dan tidak ada bala bantuan sedikit pun yang menghampiri, aku berusaha sendiri sampai semua badan ini sakit, tapi tetap saja dilakukan sendiri atau bertukar “shift” dengan ayah. Ingin rasanya aku menangis keras, berteriak, dan berbicara kasar terhadap orang-orang yang menyepelekan pekerjaan aku di rumahku sendiri. Aaaaarrrgghh…!!! Kalian tidak merasakan apa yang aku rasakan dan jalaniiii! Kalian hanya melihat sekilas saja, dan itu tidak cukup! Astagfirullahala’dzim.. tersadar bahwa sebenarnya Tuhan sayang padaku. Dia memberiku pelajaran gratis dengan adanya keadaan ini. Aku diberi waktu untuk mengumpulkan amalan-amalan dan pahala untuk bekal di akhiratku kelak. Kesenangan duniawi itu hanya bersifat sementara. Belum tentu orang lain yang kelihatan selalu bersenang-senang dan hidup tidak kekurangan materi apapun itu bahagia, mungkin saja itu kamuflase atau malah menutupi kekurangannya, menutupi bahwa mereka sebenarnya kurang kasih sayang orangtua, atau bahkan sudah ditinggal orangtuanya terlebih dahulu. Alhamdulillah, ya Tuhan, aku masih memiliki kedua orangtuaku lengkap, dengan segala keterbatasan dan kecukupan kami. Kalau aku bisa mengutarakan langsung pada orang-orang yang sombong dan mengatasnamakan uang untuk segalanya, “hey! Jangan lah kamu selalu melihat ke atas dan dibutakan oleh kenikmatan dan kekuasaan uang, lihatlah ke bawah, masih banyak orang yang membutuhkan, dan mungkin saja salahsatu atau beberapa anggota keluarga inti kamu lah yang membutuhkan pertolonganmu.”

Kakak-kakakku semuanya baik, hanya saja aku sering merasa ditelantarkan dan diabaikan. Mereka juga mungkin ingin berada di posisi aku sekarang, namun karena mereka punya keluarga sendiri, mau tidak mau aku lah yang harus berjuang sendiri. Ya sudah lah.. 

Maaf apabila tulisan diatas kesannya memojokkan kakak-kakakku, tapi tidak bermaksud seperti itu, ini hanya sebuah “jeritan” hati aku saja. Semua kakak-kakakku baik. Orang-orang yang aku maksud bukan hanya kakak-kakakku saja, tapi oranglain yang tahu akan kondisi ku 3 tahun ini, hanya tahu karena mendengar bukan mengalami dan melihat langsung. 

#curhatabis #curcol #gadai