Cita-cita gw cukup simple… tapi juga cukup rumit untuk dijalankan. Yup, gw ingin menjalankan salahsatu sunnah Rasul, menikah. Membangun sebuah
keluarga dgn pria yg gw cintai (begitupun dgn dia), memiliki dua anak
(atau lebih), membesarkan anak-anak bersama suami, dan tentunya yg
dilandasi oleh persamaan keyakinan (agama), saling perhatian, saling
mencinta, saling menghargai dan saling mendukung. Mungkin tidak banyak
wanita di muka bumi ini yang memiliki cita-cita seperti aku yang ingin
menikah diatas umur 20 tahun dan dibawah umur 30 tahun, khususnya bagi
mereka yg lebih mementingkan dunia karir ketimbang membangun sebuah
keluarga kecil.
Emansipasi menjadi salahsatu alasan mengapa sebagian,
atau bahkan kebanyakan wanita lebih memilih mengembangkan karir
ketimbang membangun sebuah keluarga. Emansipasi wanita yg diprakarsai
oleh Ibu Kartini seiring berjalannya waktu dan perubahan masa,
pengertian emansipasi itu sendiri pun disalah mengerti oleh beberapa
wanita. Pada kodratnya wanita diciptakan untuk menjadi seorang pelengkap
bagi kehidupan seorang pria. Pria membutuhkan wanita, begitupun
sebaliknya. Dan untuk menjalankan salahsatu sunnah Rasul, yaitu menikah,
seorang pria membutuhkan sosok seorang wanita yg nantinya dapat
memberikan keturunan dan membangun sebuah keluarga. Tugas wanita itu
sendiri selain sebagai istri yg mengurus suami dalam memenuhi hal
jasmani maupun rohani, mengurus keuangan, rumah, sampai bersih-bersih
rumah pun menjadi tugas wanita. Namun, bukan berarti wanita yg harus
mengerjakan semua pekerjaan itu. Semua harus balance antara suami dan
istri, saling melengkapi pekerjaan. Yang jelas, meskipun adanya istilah
emansipasi, tugas dari seorang wanita sekalipun itu berat, tidak
seharusnya melebihi kemampuan pria. Wanita tetap harus menuruti apa yang
dikehendaki suami (dalam hal positif). Berat memang jika dilakukan
tanpa rasa ketulusan dan keikhlasan diri dalam melaksanakan semua
pekerjaan dalam rumah tangga. Semua kembali pada diri kita
masing-masing. Bagaimana kita bisa me-manage sesuatu untuk kepentingan
bersama tanpa harus mengorbankan kepentingan pribadi.
Kita (wanita)
pasti akan dilanda oleh suatu fase dimana fase tersebut dapat membuat
kerisauan hati, khususnya wanita yang sudah memasuki quarter-life
crisis, biasanya akan mengalami keberagaman pertanyaan dalam benak
pikiran, “kapan saya menikah?? Saya sudah cukup umur untuk menikah..
lalu kemanakah pria-pria itu.. mengapa mereka belum saja melamarku??”
Untuk beberapa wanita yg sudah memiliki keluarga dibawah 25 tahun tidak
mengalami quarter-life crisis karena mereka tidak lagi memikirkan
“kapan pacar/tunangan saya melamar?? Kapan hari pernikahan itu terjadi??
dan lain-lain. Tentu saja, bagi wanita yg tidak sibuk dgn karir dan
memiliki cita-cita seperti aku itu akan lebih mengutamakan membangun
sebuah keluarga kecil nan harmonis bersama pria yg dicintai.
Namun,
tidak semudah apa yg dikira, untuk meminta pacar/tunangan meminang kita
pun nampaknya menjadi hal yg sulit. Disaat teman-teman kita yg berumur
dibawah kita sudah menikah, nampaknya kita iri dan merasa semakin tua
karena dikejar-kejar oleh deadline umur untuk menikah dari orangtua.
Sedih memang jika terlalu dipikirkan, namun apa yang dapat wanita
lakukan selain sabar dan menunggu pacar atau jodoh kita datang meminang
kita. Padahal kalau dipikir oleh kita sebagai wanita, mengurus, merawat,
membangun sebuah keluarga itu bukan lah hal yg rumit dilakukan,
meskipun kenyataannya mungkin akan rumit, namun bila dilakukan bersama
dan saling mengisi kekosongan itu, bukan tidak mungkin akan tercipta
keharmonisan dan keselarasan dalam membangun keluarga. Wanita pada
hakekatnya jauh lebih kuat dan dapat meng-handle banyak hal dalam satu
waktu (multi-tasking), meski terkadang terhimpit oleh mood yang kadang merusak suasana
hati (hehehe). Tapi, tidak demikian dengan pola pikir pria, mereka
berpikir bahwa menjadi seorang kepala keluarga itu harus sukses terlebih
dahulu dalam karir, memiliki banyak uang, dapat meng-handle urusan
pekerjaan dan juga keluarga. Bagaimana nanti kalau punya anak, ada
tambahan biaya untuk hidup, biaya sekolah, dan lain-lain. Tuhan memang
sudah mengatur rejeki masing-masing, dan kita pun sebagai hamba-Nya
tidak ada yang tahu rahasia itu. Kita hanya dapat berusaha dan tetap
berdoa. Lain halnya dengan pria tentu akan lebih memilih karir dan
pekerjaan, karena mereka berpikir kelak akan menjadi seorang kepala
keluarga yg harus menghidupi istri dan juga anak-anak.
Haduuhh… jd ngelantur ih curhatnya... segala dibahas. Hehehe… Pokonya, pd intinya, cita-cita gw simple, ingin berkeluarga, hidup harmonis dgn keluarga kecil gw, dan pastinya membahagiakan orangtua :)
Haduuhh… jd ngelantur ih curhatnya... segala dibahas. Hehehe… Pokonya, pd intinya, cita-cita gw simple, ingin berkeluarga, hidup harmonis dgn keluarga kecil gw, dan pastinya membahagiakan orangtua :)
Doa kan ya pemirsaaaa... HUhuuhuhu gw 28 tahun nih skrg dan masih jomblo. hiks :( Semoga jodoh gw udah deket. Amien.
No comments:
Post a Comment