Monday, February 25, 2013

Pelajaran Gratis dari Tuhan

Beliau yang membuatku harus kuat dan harus terus berjuang melawan rasa pesimis ini, karena apabila aku putus asa dan tidak bersemangat untuk menjalani hidup ini, bagaimana bisa beliau kuat pula dalam menjalani ujian dari-Nya yang sudah 3 tahun ini melawan sakitnya pasca-stroke. Beliau adalah ibuku, ibu kandungku. Beliau menjadi penyemangat hidupku, dikala aku berada di titik hampir putus asa dan hilang ketidakpercayadirian, beliau lah yang aku lihat pertama. Dengan keterbatasan gerak dan bicara, beliau masih semangat untuk dapat sembuh. Malu rasanya apabila aku patah semangat dan putus asa. Aku masih muda, sehat, tidak kekurangan kemampuan dalam fisik, masa iya aku harus kalah dari ibuku sendiri. Ini memang bukan sebuah pertarungan siapa yang menang siapa yang kalah, tapi cerminan ini lah yang selalu membuatku harus tegar dan pantang menyerah. Beliau inspirasi terbesar sebelum ayahku. Beliau mengajarkan banyak hal padaku. Beliau panutan bagiku. 

Perbedaan aku dengan kelima kakak-kakak lelakiku adalah, semua kakak-kakak ku sudah berkeluarga dan bekerja/berpenghasilan tetap. Mereka tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan, tidak punya uang sama sekali, bahkan di saat membutuhkan orang terdekat pun mereka ada, tapi sayang, mereka tidak merasakan apa yang aku alami dan jalani selama 3 tahun ini. Oke, mereka punya pasangan, anak-anak, uang, dan rumah. Aku, masih nebeng tinggal bersama kedua orangtuaku, tidak berpenghasilan tetap, sering tidak punya uang, dan kadang masih suka pinjam/minta uang kepada orangtua. Tapi, selama 3 tahun ini, aku mendapatkan banyak hal, dan mungkin salahsatunya adalah pahala dari-Nya karena aku hampir setiap saat berada dekat dan merawat ibuku. Aku memang tidak digaji untuk merawat kedua orangtuaku, tapi insyaAllah aku mendapatkan pahala dari-Nya. Uang bukan lah semata-mata hal yang sangat diidamkan oleh semua orang, mungkin juga beberapa diantaranya tidak bagi kakak-kakakku, mereka dipisahkan oleh jarak untuk bertemu atau bahkan bercengkrama dengan ayah ibu kami, mereka tidak bisa memeluk atau bersenda gurau setiap hari, melihat perkembangan ibu kami pun tidak setiap hari mereka bisa pantau, sedangkan aku, dari mulai memandikan pagi, memasak, membersihkan rumah, mengajarkan berbicara, fisioterapi ibu pun aku lakukan hampir setiap hari, bergantian dengan ayah. Rasa jenuh dan capek memang sering datang padaku, perasaan tidak disayangi anggota keluarga lain pun aku rasakan, sebal rasanya dengan rutinitas seperti ini, tidak ada pekerjaan yang menghasilkan uang, 24 jam berada di dalam rumah, berinteraksi dengan orang yang sama, belum lagi apabila aku dan ayahku yang sama-sama sedang capek dan ibu yang mencoba menjelaskan sesuatu namun kami tidak mengerti, seringkali membuat kami capek dan emosi tinggi, yang ujung-ujungnya, berbicara dengan nada tinggi pun terucap. Tidak berapa lama penyesalan pun muncul. Tapi ya begitulah rutinitas kami di rumah. Kesal dan merasa tidak disayangi pun sering datang, ketika aku capek dan tidak ada bala bantuan sedikit pun yang menghampiri, aku berusaha sendiri sampai semua badan ini sakit, tapi tetap saja dilakukan sendiri atau bertukar “shift” dengan ayah. Ingin rasanya aku menangis keras, berteriak, dan berbicara kasar terhadap orang-orang yang menyepelekan pekerjaan aku di rumahku sendiri. Aaaaarrrgghh…!!! Kalian tidak merasakan apa yang aku rasakan dan jalaniiii! Kalian hanya melihat sekilas saja, dan itu tidak cukup! Astagfirullahala’dzim.. tersadar bahwa sebenarnya Tuhan sayang padaku. Dia memberiku pelajaran gratis dengan adanya keadaan ini. Aku diberi waktu untuk mengumpulkan amalan-amalan dan pahala untuk bekal di akhiratku kelak. Kesenangan duniawi itu hanya bersifat sementara. Belum tentu orang lain yang kelihatan selalu bersenang-senang dan hidup tidak kekurangan materi apapun itu bahagia, mungkin saja itu kamuflase atau malah menutupi kekurangannya, menutupi bahwa mereka sebenarnya kurang kasih sayang orangtua, atau bahkan sudah ditinggal orangtuanya terlebih dahulu. Alhamdulillah, ya Tuhan, aku masih memiliki kedua orangtuaku lengkap, dengan segala keterbatasan dan kecukupan kami. Kalau aku bisa mengutarakan langsung pada orang-orang yang sombong dan mengatasnamakan uang untuk segalanya, “hey! Jangan lah kamu selalu melihat ke atas dan dibutakan oleh kenikmatan dan kekuasaan uang, lihatlah ke bawah, masih banyak orang yang membutuhkan, dan mungkin saja salahsatu atau beberapa anggota keluarga inti kamu lah yang membutuhkan pertolonganmu.”

Kakak-kakakku semuanya baik, hanya saja aku sering merasa ditelantarkan dan diabaikan. Mereka juga mungkin ingin berada di posisi aku sekarang, namun karena mereka punya keluarga sendiri, mau tidak mau aku lah yang harus berjuang sendiri. Ya sudah lah.. 

Maaf apabila tulisan diatas kesannya memojokkan kakak-kakakku, tapi tidak bermaksud seperti itu, ini hanya sebuah “jeritan” hati aku saja. Semua kakak-kakakku baik. Orang-orang yang aku maksud bukan hanya kakak-kakakku saja, tapi oranglain yang tahu akan kondisi ku 3 tahun ini, hanya tahu karena mendengar bukan mengalami dan melihat langsung. 

#curhatabis #curcol #gadai

Friday, August 10, 2012

Pengorbanan Perempuan Demi Sebuah Penampilan

Ladies… Aku mau tanya deh, hayoo siapa yang pengen ngasih kesan yang baik untuk pasangan sendiri atau pria2 dihadapan kamu dengan melakukan berbagai pengorbanan untuk penampilan yg maksimal?? Ayo angkat tangan…! Hehehe :P
 
Gak  ada yang salahnya kok kalo kamu pengen selalu tampil maksimal untuk orang lain, khususnya untuk pasangan kamu… It’s normal, darliiing ;) Menurut pengalaman pribadi aku, hehe.. Ada berbagai cara supaya bisa tampil cantik, modis, sexy dan eye-catching demi menarik perhatian pasangan atau bahkan bikin pasangan kamu senang (request by pasangan), meskipun kebanyakan ngeluarin kocek yg ngga sedikit atau bahkan sampai melukai diri. Ouch! (kalo yg melukai diri sendiri bukan pengalaman pribadi lhoo… ) :P 

Ini nih beberapa cara yang dilakukan perempuan demi penampilannya menarik perhatian pria atau pasangannya sendiri:

1.       Pakai hi-heels  yg tingginya diatas 7cm/stiletto
Emang sih kalo perempuan pakai hi-heels/stiletto itu akan terlihat lebih sexy dan kaki terlihat jenjang, tapi, eeiittss.. ada juga lho yg suka maksain diri demi sebuah penampilan (ceritanya biar ky model) tapi kelihatannya malah nyiksa diri. Sering banget aku lihat di mall atau di jalan, perempuan yg maksa banget pakai hi-heels tapi jalannya digusur-gusur atau kakinya agak ngangkang. Aduh buuu… kelihatannya malah ga indah dan ga elegan kali ah! Maksain pakai heels yg tingginya 13cm dgn sol depannya yg juga tinggi ala pump shoes, pakai rok mini/tight jeans, tapi gaya jalannya ky superwoman. Hadodododo.. it’s a big no no! x_x Pengen tampil bak seorang model catwalk, tapi ga menunjang sih mending gak usah dipaksain kali yaa.. Kasihan juga tar pasangannya yg malah kerepotan ngegopoh. Kalau gak biasa pakai hi-heels, aku saranin jangan maksain yaa.. J

2.       Dandan/Makeup-an
Hihi.. kalo ini sih jujur pengalaman pribadi.. Gak jarang perempuan di jagat raya ini suka bgt sama yg namanya dandan atau pakai kosmetik. Kosmetik full ala Sahrini ataupun cmn sebatas pelembab+bedak+lipgloss. Perlu diketahui juga nih para pria dan perempuan-perempuan yang anti kosmetik.. Pelembab, foundation, dan bedak itu sebenernya ada kegunaannya selain untuk menutupi kekurangan wajah, tapi kegunaaan lain adalah untuk meng-cover atau melindungi kulit wajah dari paparan sinar matahari yg jahat. Jadi, se-tomboy apapun perempuan, menurut aku wajib pakai *at least* pelembab/sunblock.
Nah, Gak jarang juga perempuan ngebela-belain dandan atau pakai kosmetik demi terlihat cantik di depan pasangannya. Hayo ngakuuuu… Ada juga kaaann yg demen dandan ber-jam-jam depan cermin demi mendapat kesempurnaan dalam bermakeup?? Hihi, gpp juga siihh kalo emg hobby dandan lama-lama, tapi harus tau waktu juga kali ya kalo saatnya dijemput pasangan untuk ngdate, ngga berjam-jam juga yaaa dandannya melebihi dandan seorang pengantin. Dan yg penting, harus disesuaikan juga dandanan dengan occasion nya.. Dan gak maksain harus pakai merek dagang yg sekarang lagi happening tapi gak cocok dengan jenis kulit kita :)

3.       Nyisir/ngblow/nyalon
“Rambut adalah mahkota perempuan” – Ada benernya juga sih dengan perumpamaan ini. Jangan kan perempuan deh, pria pun akan sangat concern dengan tatanan rambut (for some women&men). Kusut dikit langsung ditata, kena angin dikit langsung heboh, belom keramas ngbela-belain ngantri di salon, rebonding, curling, hair-extension, blow-in, coloring, dan semua jenis penataan rambut dijabanin demi sebuah penampilan. Hihihi, jujur lagi deehh.. Aku juga ngalamin itu kok. Sempet di rebonding, hair-extension, dan ngbela-belain ngantri di salon cuman buat keramas/blow-in (saking males nya ngerjain rambut sendiri, krn repotnya punya rambut tebal dan keriting ky gini), hehe tapi sekarang udh ngga kok.. Udah kembali jadi diri sendiri. Eh, tapi, bener kaan.. kamu ada yang masih heboh dengan penataan rambut demi dipuji pasangan atau dilirik pria di mall yang jalan depan kamu?? Lagi lagi, sebenernya sah-sah aja ngelakuin itu semua, tapi pliiiizz jangan maksain diri. Besok ada acara jalan sama teman-teman atau ngdate, malamnya rambut pakai roll biar keriting, sampai kesusahan untuk tidur diatas bantal karena takut roll-an nya copot. Trus, lagi super bokek tapi ada pria ngajak ngdate, ngbela-belain nyolong duit ortu atau minjem duit sobat. Kalau bisa dilakukan sendiri di rumah kynya akan lebih efisien. And FYI, kebayakan pria, akan lebih respect sama perempuan yang gak banyak neko-neko dan percaya diri apa adanya. Tapi, bukan berarti jadi sangat cuek sama penampilan, kecuali kalau emg pasangan kamu nya juga sama-sama cuek bebek sih silahkan aja.. Namanya kalau udah sayang, apapun yang ada di diri kamu, pasangan kamu pasti akan menerima the whole package of you tanpa harus dibuat-buat. Just be yourselves. Percaya deh! ;)

4.       Memakai aksesoris dan baju yg “ngga gw banget”
Saking pengen ngikutin trend dan kelihatan up-to-date diantara teman-teman, banyak banget yg jadi “fashion victim”. Pakai tight jeans hipster, bustier corak floral, ditambah anting silver panjang menjuntai ke pertemuan first date kamu, padahal sehari-harinya biasa pakai jeans+tees. Kebayang kan betapa ribet dan maksain banget. Maksudnya sih biar pasangan kamu berpikir kamu itu perempuan modis dan  sangat concern sama penampilan, but, hey girls… Kalau emg gak ngerasa nyaman dengan apa yang kamu pakai dan kesannya malah kelihatan norak dan maksain banget, mending gak usah deh.. Salah-salah pas lagi nungging, g-string merah kamu malah kelihatan jelas dan bikin pasangan kamu berimajinasi dan berpikiran yg ngga-ngga, yaa mending kalau pake g-string masih modis, apa kabar dunia kalau pake celana dalam segitiga yang karet elastisnya udh rombeng. Iyyuuwh! Tampil gaya untuk pasangan itu boleh banget, tapi tetep harus disesuaikan juga kaliii… Intinya sih, selama kita nyaman dengan apa yang kita pakai, dijamin deh kesananya bakal confident. Masa iya mau trus-trusan berbohong. Setiap ketemu si dia, kamu menjadi pribadi lain yang jelas-jelas bukan kamu banget.

5.       Pinjem kendaraan (mobil)
Biar kesannya jadi perempuan “berada”, dibela-belain minjem mobil teman/sobat/sodara. Padahal kenyataannya, biasanya juga paling banter naik taxi atau nebeng mobil temen. Karena pengen sok-sok’an dari keluarga yang “berada” dan biar dapet nilai plus dari gebetan/pasangan kamu, bahwa kamu selain modis, juga terlahir dari keluarga “berada”. Kalau case ini kebetulan aku blom ngalamin sendiri, tapi beberapa teman aku ky gini. Saking gak mau ketahuan bahwa dirinya dari keluarga yg sederhana, dia ngbela-belain pinjem mobil ke rentalan mobil atau temen/sodara nya yg punya mobil trus dia sendiri yg nyetir biar kesannya keren dan “perempuan mahal” yang gak sembarang pria bisa ngdeketin dia. Ah, ini sih keterlaluan banget menurut aku.. Gak pede dengan keadaan diri sendiri. Salah-salah pas lagi pakai mobil orang lain dapat musibah, kecelakaan lah, kena colong lah, yaahh.. apes deh! Ketahuan ngbohong pula sama pasangannya, aahh.. udah deh, kesalahannya bertubi-tubi.


6.       Menggunakan implant dan operasi plastik
Ouch! Demi menarik perhatian pasangan kamu rela nambahin implant atau bahkan melakukan operasi plastic?? Oh oh oohhh… Ckckck! Pengorbanan nya berlebihan… KECUALI ya, ladies.. Kamu selebritis, model papan atas dengan jam terbang tinggi, punya banyak duit, dan kamu entertainer, itu sah-sah aja.. Kalau cuman karyawan kantor atau freelance yang tidak menuntut penampilan fisik yg mendekati sempurna, mending duitnya ditabung aja deh… Belum tentu loh pasangan/gebetan kamu suka dengan tipe perempuan yg “fake”. Gak ada salahnya kok dengan ukuran payudara yg kecil atau bokong yg tipis, dengan olahraga yg teratur juga nantinya bisa berubah.. Aduh, beneran deh.. untuk yang satu ini aku sangat-sangat gak setuju.. Coba dipikirkan lagi kalau mau pasang implant atau operasi plastic, biayanya mungkin terjangkau, tapi efek sampingnya? Yakin bakalbaik-baik aja? Huhuhu… Think twice ya, ladies.. ;)

Ingin membuat senang pasangan atau sekedar mendapat pujian dari pasangan itu adalah keinginan setiap orang. Tapi perlu diingat bahwa, menjadi diri sendiri akan lebih mendapatkan respect dari pasanganmu, ketimbang harus menjadi pribadi lain yang bukan kamu banget. Pria akan respect dan lebih senang dengan perempuan yang percaya diri dengan segala kekurangan dan kelebihannya, tanpa harus dibuat-buat dengan melakukan serangkaian pengorbanan yang menyakitkan dan “ribet”. Just be yourself :)

Good luck, ladies… ^_^


Sunday, April 1, 2012

Salahkah mencintai pasangan yang lebih tua atau lebih muda??

Bicara tentang hati, siapa sih yang belom pernah ngerasain jatuh cinta. Yakin deh semua makhluk Tuhan di muka bumi ini pasti pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta atau menaruh hati pd lawan jenis nya (yang se-jenis juga ada sih yaaa :P) 

Tuhan menciptakan makhluknya untuk berpasangan-pasangan, tetapi Tuhan tidak menentukan atau membuat peraturan bahwa mencintai seseorang harus yang usianya setara atau lebih tua/lebih muda 1-3 tahun. Banyak kita ketahui bahwa diluaran sana begitu banyak pasangan dengan perbedaan umur yang jauh. Menurut aku pribadi, perbedaan umur yang jauh bukanlah suatu penghalang dan harus ditakutkan. Mungkin beberapa dari orangtua kita lebih merestui apabila kita memiliki hubungan dengan laki-laki/perempuan yang usianya tidak terpaut jauh, misalkan 2-5 tahun diatas atau 1-3 tahun dibawah. 

Banyak orang beranggapan bahwa mencintai atau ada ketertarikan pada pasangan dengan perbedaan umur yang jauh itu adalah hal/fenomena yang negatif. Contoh, laki-laki/perempuan yg berumur 10-15 tahun diatas kita, orang akan beranggapan bahwa kita mengincar sesuatu dari mereka, entah mengincar uang (money-orinted) atau diguna-guna. Dulu, aku sempat memiliki pikiran seperti itu, tapi setelah mengalami sendiri, aku rasa orang-orang salah bila memiliki anggapan seperti itu. Mungkin hanya sebagian saja yang beranggapan seperti itu, tidak semuanya. 

Perasaan cinta, sayang atau ada ketertarikan kepada seseorang itu kan biasanya muncul karena adanya chemistry dan tidak dipungkiri bahwa chemistry berperan penting dalam menjalin sebuah hubungan. Percaya atau tidak, chemistry pada seseorang itu dapat membuyarkan anggapan negatif yang selama ini menjadi pro-kontra. Mungkin ada dari kalian yang pernah mengalami jatuh cinta pada laki-laki atau perempuan yang terpaut usia jauh, misalkan 6-15 tahun diatas kalian. Tanpa disadari dan tidak dipungkiri, perasaan suka dan chemistry itu muncul saat pertama kali berkenalan. Aku, pernah mengalami hal tersebut. Aku berkenalan dengan seorang pria dan tanpa disadari dan tanpa mengetahui usia nya terpaut jauh, aku memiliki perasaan suka pada pria itu. Setelah mengenal dan tahu usianya 10 tahun diatasku, tidak lantas membuatku ingin menjauh atau tiba-tiba tidak suka padanya. Namanya chemistry udah jalan, yang namanya perbedaan usia, penampilan fisik yang sudah beruban, sepertinya itu bukan hal yang harus ditakutkan. Mungkin pada waktu kita masih kecil, katakan lah masih duduk di Sekolah Dasar (SD) kelas 6 lalu kita kaitkan dengan perbedaan umur yang sekarang kita sedang atau sudah pernah menjalani suatu hubungan dengan pasangan yang terpaut usia 10 tahun, saat kita (SD) yang berumur 12 tahun dibandingkan dengan yang berumur 10 tahun diatas kita, yang berarti 22 tahun mungkin iya akan ada anggapan "wah gila.. perbedaan usia nya jauh banget", tapi tidak begitu saat kita menginjak usia diatas 18 tahun dan perbedaan usia 10 tahun bahkan diatas itu malah tidak terlalu terlihat, kecuali beruban penuh. 

Tidak pernah terbayangkan donk sebelumnya kalo kita akan menyukai pasangan kita yang terpaut usia yang jauh? Perasaan suka itu pasti datang begitu saja. Yaaa itu lah chemistry ;) Tapi mungkin akan berbeda case nya kalo memiliki pasangan tapi didasari atas sifat matrealistis (money-orinted). Usia yang terpaut jauh pun bukan masalah yang crucial. Hanya saja biasanya itu tidak akan bertahan lama, mudah bosan karena menemukan yang lebih tajir lagi. 

Lalu, salah kah mencintai pasangan yang lebih tua atau lebih muda usianya?? Aku, yang sudah mengalaminya, aku jawab tidak ada yang salah. Orangtuaku pun cukup bijak menanggapi perbedaan usia yang jauh. Toh, aku mencintainya dengan sungguh-sungguh, bukan karena dia memiliki jabatan atau kekayaan lebih. Chemistry itu tidak bisa ditantang. Perasaan itu muncul dan itulah yang memperkuat fondasi sebuah hubungan. Sama sekali tidak ada guna-guna maupun paksaan. 

Mungkin dari kalian termasuk penikmat berita/gosip selebritis Indonesia atau Hollywood. Banyak kita jumpai pasangan dengan perbedaan usia yang terpaut jauh, contohnya seleb Indonesia yang beberapa waktu lalu menikah, Atalarik Syah dan Tsania Marwa yang terpaut usia 15 tahun, lalu ada Ki Daus dan Rina yang terpaut 25 tahun, dan banyak juga seleb Hollywood yang usianya terpaut jauh, seperti Tom Cruise dan Katie Holmes yang terpaut usia 16 tahun, Catherine Zeta Jones dan Michael Douglas yang terpaut 25 tahun, Paul McCartney dan Heather Mills yang terpaut 26 tahun, dan masih banyak lagi. Dan, hubungan mereka pun terjalin sampai menikah, bahkan memiliki keturunan. Tidak mungkin kan apabila menjalani suatu hubungan tanpa rasa kasih sayang dan lalu sampai menikah atau bahkan memiliki keturunan. Semuanya pasti melalui proses dan fondasi chemistry itu tadi. So, jangan sepele kan perasaan atau getaran hati saat kita bertemu dengan seseorang dan lalu kita tidak bisa menghilangkan sosoknya dalam pikiran kita. Bisa jadi itu chemistry yang mulai bereaksi ^_~

Oya, perbedaan usia yang jauh akan membuat kita (apabila si laki-laki nya yang lebih tua 10 tahun atau diatas) lebih bisa merasakan dimanja atau dimengerti. Yup, itu terjadi oleh diri aku sendiri. Aku mencintai pria yang umurnya 10 tahun diatas aku. Aku memang lebih dimanja dan aku pun terbawa dewasa dengan sikapnya. Perempuan mana sih yang tidak suka dimanja, bukan hanya dimanja dengan materi yaa.. tapi dimanja dengan sikapnya :) Dan, pria dewasa pun akan lebih menjaga dan menganggap kita seseorang yang sangat berharga dan berarti. #curhat :P

Jadi, tidak ada salahnya bagi siapapun yang dicintai atau mencitai seseorang dengan perbedaan usia yang terpaut jauh. Kan kita yang menjalani, bukan orang lain yang hanya melihat kita sebelah mata. Bagi kalian yang sedang menjalani hubungan dengan seseorang yang perbedaan usianya cukup jauh, saran aku sih, jalani dan nikmati kebersamaan itu. Biar lah orang beranggapan negatif, toh kita yang menjalani dan merasakannya. Dan apabila kita memang menjalaninya atas dasar suka dan ataupun hal lainnya, ya sutra lah cyiiiinnn EGP (Emang gw Pikirin)! Gw ya gw.. elo ya elo.. elo gak suka?? Lo gw END! :P


Cintailah orangtua kita.. :)

Berbahagia dan bersyukurlah bagi kalian yang masih memiliki orangtua, orang yang membantu kita lahir ke dunia ini atas izin-Nya, orang yang merawat kita sampai sekarang ini. Ayah dan ibu adalah orangtua kita, orang-orang yang sangat berjasa dalam hidup kita. Ayah menitipkan "benih" pada ibu kita, lalu ibu hamil selama 8-9 bulan lamanya, lalu lahirlah kita ke dunia ini atas izin-Nya. Kita memang hanya titipan Tuhan melalui orangtua kita. Ayah dan ibu adalah sosok yang wajib kita hormati dan sayangi, sebagaimana mereka menyayangi dan merawat kita. Tanpa rasa lelah dan beban, mereka selalu ikhlas melindungi dan menyayangi kita. Ayah, memang kodratnya sebagai kepala keluarga, beliau yang mencari nafkah, tapi bukan berarti beliau hanya mencari nafkah dan tidak ikut serta merawat kita, dengan mencari nafkah sudah ikut andil dalam merawat kita. Ibu, perempuan berhati mulia yang tidak pernah merasa lelah meskipun pekerjaannya banyak. Malah lebih banyak dari pekerjaan seorang ayah. Ayah dan ibu adalah dua sosok makhluk (manusia) yang ditunjuk Tuhan untuk merawat, menyayangi, dan membesarkan anak-anak dengan kasih sayangnya yang tak pernah habis. 

Pernah kah kalian berpikir seandainya satu diantara kedua orangtua kita telah lebih dahulu meninggalkan kita, lalu siapakah yang akan menjadi wali nikah kita kelak atau siapakah yang akan melihat kita melahirkan dan membesarkan anak-anak kita nanti?? Pernah kah kalian berandai-andai suatu hari nanti dapat melaksanakan ibadah umroh bersama kedua orangtua atau berlibur bersama tetapi tanpa kita sadar akan kesibukan urusan duniawi kita, kita malah melupakan dan mengabaikan keberadaan mereka?? Come on pals.. Mumpung orangtua kita masih ada, tidak ada salahnya untuk berbakti kepada orangtua. Bahagiakan lah mereka, sebagaimana mereka membahagiakan kita sedari kecil hingga sekarang. Bagi kalian yang sudah menjadi anak yatim atau piatu atau yatim piatu, sayangi orang terdekat kalian, orangtua tidak harus selalu ayah dan ibu kandung, mertua, kakek/nenek, kakak, atau sahabat pun termasuk orangtua. 

Aku tahu, orangtua kita tidak pernah sedikit pun meminta balasan atas apa yang telah mereka lakukan selama kita dibesarkan olehnya. Tapi, apakah kita sebegitu tega nya kepada orangtua kita sendiri yang sudah membesarkan kita dengan rasa letih mereka yang tidak pernah mereka tunjukan langsung pada kita? Kita sebagai anak mereka, sudah cukup bagi mereka untuk kita selalu mendoakan dan mencintai mereka dengan tulus. 

Sebatas sharing kepada kalian yang belum mengenalku lebih dalam, berikut akan aku bagi sedikit cerita tentang kehidupanku. Semoga dapat menjadi inspirasi atau dorongan untuk kalian lebih menyayangi orangtua kalian :)

Aku, anak bungsu dari enam (6) bersaudara dan aku adalah anak perempuan satu-satunya di keluargaku. Banyak orang berpikir bahwa aku adalah anak yang selalu dimanja oleh orangtuaku, karena aku anak bungsu dan satu-satunya perempuan. Salah, anggapan orang-orang itu salah. Semua anak-anak mamih dan papih, begitu kami (aku dan ke-lima kakak-kakakku memanggil orangtua kami), diperlakukan sama. Tidak ada yang dimanja berlebihan, semuanya rata. Meskipun sempat aku berpikir bahwa kakak diatasku yang terpaut usia 2 tahun lebih mendapatkan perlakuan "spesial" dariku, karena dia memang lebih manja dariku. Tapi ternyata tidak, semua sama. Aku dan kakak pertamaku terpaut usia 15 tahun. Cukup jauh dan kami pun tidak cukup dekat hubungannya, begitu pun dengan 2 kakak diatasku. Tapi, semua hubungan pun pada akhirnya semakin dekat karena adanya sebuah takdir Tuhan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya akan terjadi seperti ini.

Ya, aku sebut itu takdir. 17 Januari 2010 mamih mengalami serangan stroke di salahsatu rumah makan seafood di kota Bandung. Pada saat itu, aku, mamih dan papih sedang asyik menikmati makan malam kami. Tidak ada angin tidak ada hujan, mamih yang sedang lahap menikmati cumi saus tiram dan kangkung cah nya mendadak melemas dan bicara nya pun tidak terkontrol. Bicaranya yang tidak jelas, bibir nya yang tiba-tiba menyon, dan tangannya yang gemetaran sontak membuatku panik, karena kebetulan aku duduk persis berhadapan dengan mamih. Aku panik begitupun dengan papih. Kami mencoba berinteraksi dengan mamih supaya tetap sadar. Aku panik, aku minta tolong orang-orang di sekitar untuk membantu mengangkat badan mamih yg sintal agar tetap terduduk di kursi, karena pada saat itu juga badan mamih melemas dan menjatuhkan diri ke lantai. Aku tidak kuat untuk mengangkat beban maih sendiri. Saat itu yang aku pikirkan adalah segera membawa mamih ke RS dan lalu aku suruh papih membawa mobilnya yang di parkir jauh dari tempat kami makan. Aku panik, aku nangis sambil berdoa, "Ya, Tuhan... berikanlah aku kekuatan dan biarkan mamih tetap sadar". Alhamdulillah, orang-orang di sekitarku banyak yang membantu memindahkan mamih dari ruang kami makan ke jalan raya dimana mobil kami berada. Tak lama kami pun segera meluncur ke RS dan selama dalam perjalanan menuju RS, aku melakukan tindakan P3OSP (Pertolongan Pertama Pada Orang Setengah Pingsan) yang aku ketahui dan aku pun terus menjaga komunikasi dengan mamih agar tetap sadar. Alhamdulillah mamih masih sadar, hanya saja tidak dapat bicara dan kaki dan tangan kanannya sudah tidak dapat bergerak. Aku panik, aku menangis dan aku ingin segera menelpon orang-orang rumah menginformasikan keadaan ini.

Sesampainya di RS, mamih langsung masuk UGD dan dengan cepat bruder-bruder, suster-suster, dan dokter di RS menangani mamih. Ya, Allah… Semoga mamih tidak kenapa-kenapa dan cmn keselek makanan aja. Di UGD, semua makanan yg tadi dimakan semua keluar, infus pun mulai dipasang. Astagfirullah… Sumpah.. Gak Tega.. Gak mau liat… Gak mau mamih kenapa-kenapa.. :( Pada saat itu aku langsung nelpon orang-orang rumah, kakak-kakak, pacar dan tante-tante aku. Semua tidak percaya karena sebelumnya mamih tidak mengeluh satu penyakit apapun. Waktu menunjukkan pukul 21.30, aku nangis, bener-benar tidak tahan… Stlh pemeriksaan di UGD, mamih di bawa ke ruang City Scan & Radiography. Aku masih dalam keadaan panic, deg-degan, sedih, kakak-kakak blom pada sampai ke RS, aku cmn berdua sama papih :( Aku tidak boleh nangis sama papih, aku harus kuat. Susaaaah banget! Aku emang bukan tipe anak yg cengeng, tapi dengan kondisi seperti itu, melihat kondisi mamih seperti itu, rasanya aku tidak bisa menahan airmata untuk tidak keluar. Akhirnya dua kakak aku sampai ke RS, kita semua nangis, aku benar-benar tidak tahan, aku pgn nangiiiissss!! Waktu menunjukkan pukul 11.25, Alhamdulillah pacar (mantan, red.) aku sampai RS dan menemaniku. Setelah pemeriksaan ini-itu dan hasilnya pun keluar, mamih terserang stroke, ada penyumbatan darah di otak kirinya. Ya, Allah, apakah aku harus melewati cobaan ini?? Ya, Allah, jangan beri mamih cobaan yg lebih berat lagi. Selama 8 hari drawat di ruang ICU (karena tidak dapat ruang di Unit Stroke, maka mamih dtempatkan di ruang ICU), mamih mengalami koma, tidak kenal siapapun, mamih yg kritis, diinfuse, diselang, dikateter, tidak bisa bicara, tangan dan kaki kanannya lumpuh, sama sekali tidak bisa merasakan cubitan bahkan pukulan sekalipun. Yang aku rasakan adalah sedih, lemas, tidak punya semangat, prihatin, semua perasaan bercampur aduk. Selama masa kritis itu aku dan keluarga ku setiap hari bolak balik RS-Rumah dan setiap harinya ada satu orang anggota keluarga yg standby di RS, termasuk aku sendiri. Setelah seminggu drawat dan observasi, 3 dokter spesialis mengatakan, kalau dalam waktu 10 hari masih kritis dan hasil observasi menyatakan hal yg lebih parah dari hasil sebelumnya, maka mamih harus dioperasi untuk melancarkan penyumbatan darah dalam otaknya. Astagfirullah, denger nama OPERASI aja udh merinding. Aku dan keluarga cmn bisa berdoa semoga keajaiban datang. Alhamdulillah setelah 14 hari di rawat di ruang ICU dan mamih dinyatakan tidak perlu melakukan operasi, huff… satu kegusaran sirna. Tapi, kegusaran lainnya blum bisa bikin aku dan keluarga tenang. Mamih di pindah ke ruang Unit Stroke selama 5 hari dan dilanjut ke ruang rawat inap selama 4 hari. WOW, lama dan butuh kesabaran extra untuk ikut merawat mamih. Kuat kuat kuat!!! Aku harus kuat!! Kalau aku sakit, siapa yg akan merawat mamih, cmn aku anak perempuan mamih, aku satu-satunya harapan yg bisa ngurus mamih. Alhamdulillah, cmn merasa pegel-pegel aja tidak sampai jatuh sakit, aku masih bisa merawat mamih. Kasian papih kalo harus ngjagain mamih. Aku harus kuat dan tabah! ^_^

Alhamdulillah, akhirnya mamih bisa pulang ke rumah juga. Masih dlm kondisi setengah bagian tubuhnya lumpuh, tidak bisa bicara, ingatannya hilang, tidak bisa melihat dan mendengar dgn jelas, bisa dibayangkan kan gimana beratnya mamihmenjalankan  ujian ini. Subhanallah, mamih orangnya kuat dan penuh semangat. Tidak seperti penderita stroke lainnya, setelah beberapa hari di rumah tercinta, mamih tidak terlihat seperti orang sakit dan seperti yg habis melewati masa kritis. Mamih tetap terlihat cantik dan segar :)

Alhamdulillah nya lagi, aku blom dapat pekerjaan tetap, jadi aku bisa ngerawat mamih 24 jam. Meskipun pekerjaan ini sulit dan menguras tenaga aku, sampai-sampai aku turun 8 kg dalam kurun waktu 1 bulan :( (udah mah susah gemuk, dtambah pula turun BB, susah lagi deh naik BB nya. Hehe). 24 jam, 7 hari dalam seminggu itu benar-benar menguras tenaga aku.
 
Rutinitas aku bak seorang suster:
Bangun jam 5 subuh, bersih-bersih badan mamih. Sambil nemenin mamih di kamar, sambil aku curhat, cerita, ngajarin kata per kata, fisioterapi (yg sblmnya aku belajar dr fisioterapis di RS).
Jam 7 aku mulai masak untuk mamih, banyak pantangan makanan bikin aku pusing setiap harinya, bingung mau masak apa. Tidak boleh yg goreng-gorenganan, bersantan, dan berlemak. Huhu.. selamat masak deh! :P Untungnya lagi, aku suruh sepupu aku, Rioz, untung ikut tinggal drumah menemani aku. Selain sepupu aku, aku pun dibantu kakak ipar aku yg ke-1.
Blablabla… Goprang-gompreng.. Tadaa!! Masakan siap disajikan! Mamih makan, minum obat, lalu tidur sampai tiba waktunya makan siang (efek obat juga yg membuat mamih bnyk istirahat).
Siang datang…!!! Makan, minum obat, nonton TV, ngobrol lagi, ada tamu (yg hampir tiap hari ada yg datang, mulai dr RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, sampai Kota Bandung pun ada, krn mamih memang aktif sosial di kota Bandung dan relasinya banyak). I’m proud of you, mom :)
……. Malam tiba!!! Sebelum tidur, aku bersihin badan mamih, dr mulai gosok gigi, ganti pampers, bersihin habis beliau BAB, dll. Huff.. aku bener-benar belajar banyak untuk hal ini. Aku yg termasuk anak yg jijik-an, sensitive akan bau, skrg dihadapkan dgn situasi yg aku tidak suka. WOW.. amazing!
Malam dini hari tiba!! Ini nih waktu dmana aku, papih, dan saudara aku bisa istirahat, tapi tidak demikian adanya, setiap jam 2 atau 3 dini hari, mamih mengeluh kesakitan dan menangis krn tangan kanannya keram dan menjadi kaku. Dan itu terjadi selama kurang lebih 1 jam. Aku dan saudara aku kebetulan tidur dibawah dkamar yg sama di kamar mamih, kadang bergantian, kakak aku yg ke-1 yg jaga malam. Dan begitulah rutinitas setiap harinya. Tapi, Alhamdulillah nya, keram tangan kanannya mamih hanya berlangsung selama 2 bulan saja. Selanjutnya, mamih lebih nyenyak tidur malamnya.

Ujian… ujian… kita tak pernah tahu apa rahasia Tuhan.
Blum juga selesai ujian yg harus aku hadapi dgn penderitaan mamih, awal Juli 2010, aku mendapat kabar dari salah seorang kerabat papih di kantor, bahwasanya, papih masuk UGD salahsatu RS di Bandung, terkena serangan Stroke susulan (yg sebelumnya di tahun 2001 papih sempat terserang Stroke ringan dan diopname 14 hari di RS). Astagfirullah, cobaan apa lagi ini?? Siang itu, aku berencana ke Jakarta karena ada interview esok hari, Alhamdulillah memang aku blum berangkat, tapi ya, Allah… Aku panic, aku deg-degan, aku tidak tahu harus bilang apa sama mamih. Aku harus terlihat tegar seakan-akan tidak terjadi apa-apa sama papih. Pada siang itu adalah waktu dimana mamih makan siang, dan otomatis aku harus berhadap-hadapan dgn mamih untuk nyuapin beliau. Dengan wajah yang pura-pura happy, senyum trpaksa, pura-pura ceria, itu sangat-sangat berat aku lakukan. Tapi hanya itu yg bisa aku lakukan pd saat itu, karena jika aku beritahu papih masuk RS, aku tidak tahu apa jadinya perasaan mamih. Sampai tiba waktunya yaitu saat magrib tiba, saat kakak aku yg ke-4 pulang dr RS, akhirnya kami jujur sama mamih, kalau papih masuk RS terkena serangan Stroke, dan Alhamdulillah nya, papih masih bisa berkomunikasi (bicara), masih bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Apa yg terjadi?? Mamih nangis terus menerus sampai tertidur jam 3 dini hari. Aku menemani mamih tidur, aku yg berada disamping mamih pun rasanya ingin menangis dan terus menerus bertanya pada sang Kuasa, ya Allah, cobaan apa ini?? Kenapa 2 kejadian berturut2 datang padaku dan mereka adalah orangtua tercinta ku. Ya, Allah, aku tidak mau menyalahkan mu, tapi aku mohon, jangan biarkan papih sakit berkelanjutan seperti mamih sekarang. Kalau papih ikut sakit, siapa yg akan merawat papih?? Aku benar-benar tidak sanggup kalau harus mengurus 2 pasien dalam waktu yg bersamaan.
Alhamdulillah, papih hanya dirawat 8 hari di RS dan dinyatakan dapat berobat jalan. Tapi ya Allah, obatnya banyak bgt!! :( Ayo Noviiii… harus kuat!!! (begitu lah aku mensuges diri sendiri supaya kuat dan tetap semangat menjalani cobaan ini).

2 tahun pun berlalu, Alhamdulillah papih diberi kekuatan meskipun sekarang sering mengeluh sakit dan cape. Aku tahu ini berat bagi kami, khususnya aku dan papih yang setiap hari berinteraksi dan bergantian merawat mamih. Tidak dipungkiri, aku merasa lelah? Iya, aku lelah, aku cape badan, aku butuh orang lain yang dapat mem-backup rutinitas merawat mamih. Kalau aku bisa berandai-andai, andaikan saja aku punya adik atau kakak perempuan, mungkin mereka bisa membantuku dalam mengurusi kewanitaan mamih. Tapi aku sadar, di rumah ini hanya ada aku yang perempuan dan yang bisa diandalkan. Kakak-kakak ku semua laki-laki dan mereka tidak biasa mengurus mamih, bahkan untuk memindahkan mamih dari kasur ke kursi roda nya pun mereka mengalami kesulitan. Andai bisa berandai-andai lagi, aku ingin sabtu minggu aku off mengurusi mamih. Aku ingin istirahat. Aku ingin main bersama teman-teman lain. Aku butuh hiburan. Aku bosan di rumah terus. Tapi, tidak semudah itu, kalaupun aku ada pekerjaan atau ada urusan di hari sabtu, aku harus mencari backup kakak-kakakku yang lain karena papih setiap hari sabtu nya mengajar di salahsatu universitas di Garut. 

Setiap hari aku berdoa untuk kesehatan keluargaku, khususnya kesehatan papih dan pemulihan mamih ke keadaan semula. Aku memang cape, tapi aku akan terus merawat mamih dan papih, karena hanya mereka yang aku cintai dan sayangi. Selama mereka masih ada di dunia ini, insyaAllah aku akan tetap bersama mereka. Aku ingin berbakti kepada mereka. Aku tidak mau menyesal di kemudian hari karena tidak sempat berbakti kepada mereka. Biar lah badanku ini lelah, asalkan orangtuaku baik-baik saja. Aku ingin mereka ada saat aku menikah dan lalu memiliki anak nanti. 

FYI, Alhamdulillah, meskipun keadaan mamih yang belum pulih dan belum kembali normal tapi mamih kemarin, 27 Maret 2012 masih diberi kesempatan oleh-Nya untuk tetap semangat dan menjalani ujian ini. Mamih ulangtahun ke 65 tahun dan insyaAllah 6 Juni 2012 ini papih ulangtahun ke 70 tahun. Doaku, semoga diberi kesehatan dan diberi keikhlasan, ketabahan dan kekuatan bagi kami semua :)

Ini mamih 2,3 tahun lalu setelah bbrp hari melewati masa kritis 




Ini mamih dan papih sebelum kena stroke, sekitar 4 tahun lalu.


Ini mamih dan papih waktu nikahan kakakku yg ke-5 -- 4 Februari 2012 -- Mamih aku tetep cantik kan?? :)















Thursday, March 29, 2012

Pengalaman terapi lintah

OMG! Denger nama lintah aja udah merinding disco duluan.. Apalagi kalo dibayangin binatang kecil penyedot darah itu nempel di beberapa bagian tubuh kita. Oh oh oh oooohh tidaaaakk!!!! Tapi oh tapi demi kesehatan, orang bakal ngelakuin apa aja. Even harus berurusan langsung dengan binatang yang menggelikan itu. Yaks!

Bentuk tubuhnya yang kecil seperti cacing tapi lebih gemuk dan agak semok, berwarna hitam, dan jenis tubuhnya yang elastis itu udah kebayang banget lah yaaaa seperti apakah gerangan binatang yang paling dicari saat ini. Binatang yang dicari untuk kesehatan beberapa orang di muka bumi ini, termasuk gw sendiri x_x

Awalnya gak berani ikut terapi lintah, tapi kata bokap, terapi lintah itu bagus banget untuk mengeluarkan darah kotor yang ada di tubuh kita. Selebritis Hollywood aja banyak yang pake lintah untuk terapi kesehatannya. Mereka banyak pake salahsatunya untuk menghaluskan kulit wajah dan menyegarkan tubuh. Setelah baca testimonial dari artis2 dan pemakai lintah untuk terapi dan kebetulan bokap dan nyokap terapi lintah duluan, akhirnya gw memberanikan diri untuk ikutan terapi lintah ini. Hah! menyebalkan dan geli rasanya kalo ngebayangin binatang itu nempel di badan kita, tapi bismillah demi kesehatan dan jerawat gw yang ga ilang2 akhirnya dicoba juga deh tuh x_x

Aaaaaaarrrrgghhh!!! Lintah pertama nempel di pipi. FYI, lintah yang ditempel dan nyaplok itu ukurannya se-jari kelingking gw, it means kecil banget.. Tapi, setelah lintah itu bergelantungan di wajah gw selama lebih dari setengah jam, akhirnya lintah yang udah kekenyangan nyedot darah gw pun akhirnya menjatuhkan diri. Gggggrrrrr.... Gak berani lihat waktu lintah itu nemplok di pipi dan jidat x_x Pura2 lagi ditempelin lem aja.. Soalnya saat lintah2 itu nempel di kulit kita, si lintah akan mengeluarkan cairan bening, dimana cairan bening itu adalah obat untuk menetralkan setelah dia menyedot darah dari tubuh kita, juga baik untuk mengeringkan luka. Nah, cairan bening itu tu yang paling penting dari si lintah itu sendiri, selain dia bantuin nyedot darah kotornya kita loh yaa... Dan cairan itu hanya akan keluar bila dia sedang nyedot darah kita. Kalo dia nya lagi diem sih gak bakalan ngeluarin cairan bening itu.. Oya, dan lintah itu pun gak asal nemplok trus nyedot permukaan kulit, dia bakal nyedot kalo ada pusat darah yang udah keliatan atau udah keluar. Dia gak akan ngigit duluan kalo gak ada pemicunya. Ih, tau diri banget yah si lintah. 

Ah gilaaaaaa pengalaman yang bikin deg2an dan gak tenang selama terapi. Oya, jangan kaget kalo kalian ntar nyoba terapi lintah. Dia kalo udah kekenyangan nyedot darah, bentuk dan ukuran tubuhnya bisa segede 2 jari orang dewasa dan itu berat banget! Kebayang kan kalo terapinya di wajah.. heuseusnya wajah yang berjerawat.. kita bakal butuh at least 4 lintah nempel di wajah kita. Pliz, jangan dibayangin! hihihihi mengerikaaaaannnn!!!!! :P


Thursday, March 22, 2012

Dia mencintai perempuan lain

Awal aku mengenal pria ini saat aku dan beberapa temanku melaksanakan ibadah Umroh. Niat aku melaksanakan ibadah umroh ini selain aku memang ingin berdoa untuk keselamatan keluargaku, yang paling utama adalah meminta petunjuk dari-Nya jodoh yang terbaik untukku karena aku sudah ingin menikah. Di usiaku pada saat itu adalah 25 tahun dan menurutku sudah cukup untuk berrumah tangga. Pada saat itu alhamdulillah aku sudah punya kekasih dan kami sudah cukup lama berpacaran. Kekasihku bekerja di Oil and Petroleum Company di Ibu Kota, sedangkan aku di Bandung - tempat dimana aku lahir dan dibesarkan. Kegiatan sehari-hariku setelah lulus kuliah dan mengecam title Sarjana adalah menjadi seorang penyiar Radio. Kecintaanku pada dunia entertainment sudah ada sejak aku duduk di sekolah tingkat menengah. Aku lebih menyukai bekerja sebagai penyiar fulltime ketimbang harus berada di sebuah kantor laboratorium Biologi dan meneliti sample. Mayoritas teman-teman perempuanku sudah mulai berrumah tangga dan aku ada sedikit kecemburuan terhadap mereka. Aku ingin hubungan dengan kekasihku ini berujung ke pelaminan. Tapi sayangnya, dengan kesibukan dia dan hubungan kami yang LDR (Long Distance Relationship) agak sulit waktu untuk bertemu, dan kami hanya bertemu di waktu weekend saja. Dia yang ke Bandung atau aku yang ke Jakarta.

Aku sudah mendambakan sebuah pesta pernikahan yang megah dan dihadiri teman-teman, keluarga-keluarga, dan kerabat-kerabatku tercinta. Aku sudah membayangkan akan seperti apa konsep pernikahannya dan pastinya aku sudah tidak sabar dengan gaun pengantin yang akan aku kenakan nanti. Semua hal itu selalu terngiang di malam hari sebelum tidur. Aku sangat exciting bila kekasihku datang melamar dan mewujudkan impian pernikahanku nanti. Aku sangat mencintainya dan ingin segera menjadi istrinya. Tapi, kenyataannya memang berbeda dengan apa yang aku bayangkan. Hubungan pacaran kami memang sudah cukup lama, namun tidak ada tanda-tanda darinya akan segera melamarku, bahkan untuk membicarakan jenjang pertunangan pun dia masih terlihat cuek. Yaahh.. Aku hanya bisa bersabar dan menunggu. Sampai suatu hari teman-temanku mengajak untuk ikut beribadah umroh yang kebetulan masih ada kursi kosong. Alhamdulillah, mungkin Tuhan juga sudah memanggilku untuk beribadah ke tanah suci dan memohon doa disana.

Sebelum berangkat ke tanah suci, kami berkumpul di asrama Haji Pondok Gede Bekasi. Begitu banyak jamaah dari berbagai kloter dan kota di Indonesia. Semua berkumpul bersama dalam satu tempat - laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, dewasa, sampai orangtua pun ada disana. Keadaannya memang terlihat hiruk pikuk sibuk dengan barang bawaan dan kegiatannya masing-masing. Tapi, dari sekian jamaah haji yang ada, aku melihat satu sosok pria dewasa dan entah kenapa aku melihat dia dengan postur tubuhnya yang tinggi tegap sambil membawakan tas yang aku pikir pada saat itu dia sedang membawakan tas istrinya, aku tiba-tiba lupa bahwa aku sudah memiliki kekasih. Aku suka pria itu dari pertama kali aku melihatnya. Sekilas aku ada pikiran mungkin dia jodohku. Aaahh ternyata hanya pikiran selewat saja. Dia sendiri pun mungkin tidak melihat pandanganku pada saat itu, karena aku lihat dia selalu berada dekat dengan istrinya, jadi mungkin tidak akan sempat melirik ke arahku. Dan pandanganku pun akhirnya aku buang karena takut ketahuan teman-teman ataupun istrinya itu. Tapi siapa sangka, ternyata teman-temanku memperhatikan ku sejak tadi. Mereka memperhatikan setiap gerak dan gerikku. Mereka ternyata bergosip membicarakanku yang tidak lepas pandangan dari pria tegap itu. Aah, malu rasanya saat itu kepergok oleh teman-teman sendiri. Lalu aku jujur sama teman-teman bahwa aku menyukai pria yang ada di sebrang tempat kami duduk. Pria yang selalu ada di dekat istrinya itu. Pria yang aku lihat sopan dan bertanggungjawab. Saat itu aku tidak berhenti menceritakan kepada teman-teman tentang pria yang sama sekali aku tidak kenal tapi aku begitu memuja nya. 

Sampai waktunya tiba kami harus melanjutkan perjalanan ke Bandara dan lalu ke Mekah. Sedih rasanya belum sempat berkenalan dengan pria itu. Tapi aku tidak pesimis begitu saja, sambil dzikir dan berdoa dalam hati semoga aku dipertemukan kembali dengan pria itu dan setidaknya bisa berkenalan. Aku tidak peduli dia sudah beristri, yang ingin aku lakukan hanya berkenalan saja, karena aku takut penasaran sampai sekembalinya ke Bandung. 

Selama di tanah suci Mekah, sambil terus beribadah dan berdoa untuk jodoh terbaikku, tidak lupa aku menyisipkan doa agar aku bisa diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan pria itu. Ironis memang, aku yang masih memiliki ikatan dengan pria yang sedang bekerja di Jakarta tetapi doaku lebih banyak aku panjatkan untuk bisa lebih dekat dengan pria tegap di asrama itu. Bayangannya selalu hadir selama menjalani ibadah umrohku, mungkin karena rasa penasaran belum sempat berkenalan pula jadi aku seperti ini. Hampir habis waktu ibadah umroh kami, tidak sehari pun aku dan teman-temanku bertemu lagi dengan pria itu. Aku pikir mungkin memang tidak berjodoh, tapi doaku tetap untuknya. 

Alhamdulillah, 10 hari menjalankan ibadah umroh pun selesai. Tidak terasa memang tahu-tahu sudah harus kembali ke tanah air. Rasa sedih pun masih aku rasakan karena selama di mekah tidak bertemu dengan pria itu. Yah.. cinta sesaat. Mungkin Tuhan ingin aku kembali memikirkan pasanganku yg berada di Jakarta itu. Dalam perjalanan pulang ke tanah air, aku lebih banyak istirahat ketimbang ngobrol dengan teman-teman. Rasa lelah setelah beribadah umroh itu baru terasa saat di pesawat pulang. 

Sesampainya di tanah air, Alhamdulillah, Tuhan masih memberi kami umur. Kami selamat sampai tujuan dan kami siap melakukan aktivitas kembali. Sebelum kembali ke kota asal, semua jemaah pun di kumpulkan kembali di asrama Pondok Gede. Sempat tiba-tiba teringat keadaan 10 hari yang lalu, dimana aku melihat satu sosok pria dewasa yang selama 10 hari itu pula aku selalu membayangkannya. Entah ini jawaban dari doaku atau hanya sebuah kebetulan, tepat di sebrang tempat kami duduk aku melihat lagi sosok pria idamanku itu. Betapa senangnya hati ini dan terus berucap syukur Alhamdulillah aku dipertemukan kembali dengan pria ini. Dengan perasaan aku yang bercampur-campur, sambil memikirkan bagaimana caranya aku bisa berkenalan dengan pria itu. Aku tidak mau pulang ke Bandung menyisakan perasaan menyesal yang mendalam karena tidak ada keberanian untuk mengajak kenalan duluan. 

Noraknya aku, aku tidak lepas pandangan darinya. Aku terus berdoa semoga dia melihat ke arahku dan membalas senyumanku. Saat dia sibuk dengan barang-barangnya, aku kegirangan saat dia melihat ke arahku dan lalu dia tersenyum padaku. Senyumannya itu penuh arti. Aah aku dibuat lemas dengan balasan senyumannya. Dengan wajahku yang penuh pengharapan dan senang tiada tara, ternyata teman-temanku tanpaku sadari membuat sebuah rencana dan itu berhasil. Dua diantara teman-temanku tiba-tiba berada di tempat dimana pria itu berdiri dan aku shocked karena mereka tiba-tiba memperkenalkan diri kepada pria itu dan membicarakan sesuatu bahwa ada seseorang disebrang sana, yaitu aku, ingin berkenalan dengan dia. Dengan wajah panik dan tidak bisa mengontrol diri, aku pun malu bercampur takut ketahuan istrinya. Tidak berapa lama, teman-temanku mengajakku untuk menghampiri pria itu dan berkenalan secara langsung. Tangan aku gemeteran, begitupun dengan detak jantung ini yang berdegup kencang seperti habis treadmill. Aku malu tapi aku senang. Aku speechless tiba-tiba lidah ini kelu dan tidak sepatah kata pun aku ucap kecuali menyebutkan namaku saja. Belum juga merasakan tenangnya detak jantung ini kembali normal, istrinya pun datang menghampiri dan Bang Azis pun meninggalkan kami. Aku yang masih berkeringat dingin dan senang tidak kepalang, masih berasa setengah sadar, antara nyata baru berkenalan dengan bang Azis atau itu hanya khayalanku saja. Akhirnya aku duduk kembali tidak jauh dari tempat kami berkenalan. Dan, hebatnya teman-temanku, mereka ternyata memiliki rencana yang lain, yang tentunya aku tidak tahu. Mereka sok akrab dengan bang Azis dan ngobrol-ngobrol dengan rombongannya. Saat itu aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, aku diam saja sambil melihat tingkah teman-temanku yang sok akrab dengan bang Azis. Jujur, aku iri sama teman-teman. Bukan kah harusnya aku yang ngobrol sok akrab dengan bang Azis, kenapa malah akrabnya dengan teman-temanku. Ah sudah lah, saat itu aku kalah, tidak seperti biasanya aku yang tidak memiliki keberanian mendekati seorang pria. Aku termasuk wanita "playgirl", aku bisa pacaran dengan 2 orang pria dalam waktu yang bersamaan. Namun aku aneh dengan diriku yang sekarang ini, kenapa aku sama sekali tidak punya keberanian untuk mendekati pria itu, harusnya kan aku bisa. 

Lama menunggu teman-temanku yang asyik ngobrol dengan bang Azis, akhirnya mereka kembali ke tempat aku duduk. Dan mereka menceritakan sesuatu yang bikin aku shock tapi ini benar-benar bikin aku senang. Ternyata perempuan yang selalu dekat dengan bang Azis itu bukan lah istrinya, tapi kakak perempuannya yang paling besar. Ya, Tuhan... Ini hanya ujian-Mu saja kah pasca umroh atau ini anugrah untukku?? Aku senang sekali sampai ludah pun rasanya susah untuk ditelan. Dan teman-temanku pun sudah memberikan nomor HP ku pada bang Azis dan mereka menyimpan nomor HP bang Azis tapi tidak langsung memberikannya padaku. AAAhhh.. gemas rasanya aku dijahilin teman-teman. 

Akhirnya keluarga besarku dari Bandung pun menjemput di asrama. Ah, senangnya akan segera kembali beraktivitas dan mengisi jam siaran ku lagi. Selang berapa hari, senyuman bang Azis masih membayangi pikiranku. Jujur, dia tidak ganteng, masih kalah ganteng dengan pacar dan mantan-mantanku. Tapi entah kenapa bayangannya tidak bisa aku lupakan begitu saja. Tidak sabar rasanya ingin segera memiliki nomor HP-nya, dan aku pun segera meminta kepada temanku. Dag dig dug! Aku sudah mendapatkan nomor HP-nya tapi mendadak bengong dan cukup lama aku memandangi nomor HP yang aku save di phonebook Blackberry-ku. Tak berapa lama, ring tone BB ku berdering dan aku mendadak deg-degan takut telpon itu dari bang Azis terus malah aku speechless. Aku ambil BB ku dengan perasaan senang dan deg-degan, lalu aku lihat dilayar HP ternyata kekasihku, Iqbal, yang menelpon. Tidak seperti biasanya responku datar saat menerima telpon dari Iqbal. Aku sudah mengharapkan bang Azis yang menelpon ku, ternyata bukan. Mungkin bang Azis tidak ada perasaan sedikit pun, atau mungkin sebenarnya bang Azis sudah memiliki kekasih, atau mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya, atau no HP-ku hilang begitu saja. Ah, banyak sekali alasan yang aku buat sendiri. Karena aku tidak mau melewatkan kesempatan ini, selagi aku memiliki no HP bang Azis, dengan memberanikan diri aku kirim SMS ke bang Azis dan tak berapa lama SMS ku pun dibalasnya. Balasannya memang datar, karena aku memang hanya menanyakan kabarnya saja sebagai pertanyaan basa-basi. Aku lalu mengirimkan SMS lagi, saat itu aku benar-benar tidak memikirkan hal terburuk sekalipun, biarlah bang Azis berpikir bahwa aku memang menaruh hati padanya. SMS pun saling berbalas dan keesokan harinya aku memberanikan diri untuk menelponnya. "Assalamu'alaikum, hai bang Azis, ini aku Indah. Lagi ngapain, bang?? Sibuk gak? Kapan-kapan kita ngopi bareng yuk!" sambil bibir ini bergetar dan jantung berdetak kencang, aku sok akrab ngobrol di telpon dan berinisiatif mengajaknya ngopi-ngopi di coffee shop. Entah memang sifatnya pendiam atau karena aku orang baru, bang Azis pun menjawab telpon ku dengan datar, tidak terdengar nada kebahagiaan diajak ketemuan olehku. 

Weekend pun datang, dan di sabtu pagi aku mendapat SMS dari bang Azis yang memberitahuku dimana tempat kita nanti bertemu. Dan syukurnya, Iqbal weekend ini tidak bisa ke Bandung karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum senin. Aku bergegas mandi dan sibuk mencari pakaian, karena aku ingin terlihat beda dari terakhir bertemu di asrama haji. Sampai lah kami di salahsatu coffee shop dan mulai ngobrol-ngobrol. Bang Azis yang cool dan datar selama ngobrol denganku, aku berpikir dan yakin bahwa bang Azis memang tidak menaruh hati sedikit pun padaku. Tapi aku tidak menyerah begitu saja, hari demi hari aku getol SMS bang Azis dan sesekali menelpon nya. Dua minggu berlalu, dan bang Azis pun masih terlihat cool dan entah setan apa saat itu yang melintas dipikiranku, aku tiba-tiba mengungkapkan isi hatiku pada bang Azis, bahwa aku sudah menaruh hati sejak pertama bertemu di asrama haji itu sampai sekarang. Aku merasa pasca umroh itu bayangan bang Azis selalu hadir mengisi hari-hariku, dan anehnya, perasaanku pada Iqbal pun semakin menurun. Bang Azis agak kaget mendengar pengakuanku siang itu. Dan responnya pun sama dengan dua minggu lalu. Dia lalu bertanya, "memangnya kamu belum punya pacar gitu? Kamu kan cantik, pasti banyak pria yang bakal patah hati kalau sampai mereka melihat kita berdua." Aaahh... rasanya aku ingin berpura-pura tidak mendengarkan apa yang baru saja aku dengar. Dengan berat hati pun aku menjawab,"Hmm.. pacar sih aku ada dan kami sudah pacaran 3 tahun. Tapi entah lah, setelah bertemu abang, aku malah lebih ingin mengenal sosok abang dan perasaan ke abang pun sekarang lebih besar ketimbang ke pacarku sendiri". Ah, bodohnya aku begitu gamblang cerita tentang perasaanku. Karena sudah tanggung cerita, lalu aku ceritakan pula lah bahwa aku sudah ingin segera menikah, namun kekasihku belum saja melamarku. Dan sejak melihat bang Azis di asrama sebelum ke Mekah, aku ada feeling kalau bang Azis itu jodoh aku. Dengan perasaan sedikit plong tapi aku malu karena kata-kata itu keluar begitu saja. 

Hari demi hari pun kami semakin dekat, sampai suatu hari bang Azis meminta izin untuk bisa bersilaturahmi dengan keluargaku. Kaget, senang, bahagia, tapi aku bingung, bang Azis ke rumah bersilaturahmi untuk melamarku kah?? atau hanya berkenalan dengan keluargaku?? Aku kan belum putus dengan Iqbal. Bagaimana nanti tanggapan dari keluargaku yang belum tahu kalau aku lagi jatuh cinta lagi. Aaah.. banyak pertanyaan dibenakku sampai aku tak menjawab pertanyaan bang Azis. 

Dua bulan kemudian, bang Azis mengutarakan keinginannya untuk melamarku, aku kaget, karena aku masih menjalani hubungan dengan Iqbal. Tapi, kalau aku menolak bang Azis, lalu kapan aku akan menikah?? Aku kan ingin menikah cepat. Sekarang ada pria yang aku suka dan ada niatan mau melamarku, kenapa aku harus menolaknya. Tanpa berpikir berminggu-minggu, lusa aku menelpon Iqbal dan aku bilang hubungan ini selesai. Kami putus dan aku bilang bahwa aku ingin menikah dan saat ini ada pria yang siap meminangku. Tak lama aku ceritakan pada kedua orangtuaku, bahwa ada pria lain yang aku suka dan dia siap melamarku. Orangtuaku cukup kaget karena yang mereka tahu aku belum putus dari Iqbal. Aku jelaskan kronologisnya, sejak kapan dan dimana aku bertemu dengan bang Azis. Dan syukurnya, kedua orangtuaku bijak menanggapinya, dan mereka mengundang bang Azis bersilaturahmi ke rumah. 


Sabtu malam, bang Azis memenuhi undangan silaturahmi dari kedua orangtuaku. Aku senang dan rasanya seperti ABG sedang jatuh cinta. Bang Azis yang sederhana dan dewasa mampu membius kedua orangtuaku dan tidak disangka bang Azis mengutarakan langsung pada orangtuaku untuk segera meminangku. Dia pun tak ingin berlama-lama untuk saling mengenal, biarlah masa penjajakan dan pengenalan satu sama lain dijalankan seiring kami berrumah tangga. Dan bang Azis pun mengutarakan bahwa dia sesungguhnya duda. Aku kaget, aku tidak tahu sama sekali tentang hal itu, tapi aku menerima dia apa adanya, biar lah itu menjadi masa lalunya, begitupun kedua orangtuaku yang menanggapi dengan bijak. 


Hari istimewa itu pun datang. Hari yang aku tunggu-tunggu berjalan dengan khidmat dan lancar. Yes, sekarang statusku sudah berubah, aku istri sah dari bang Azis. Kebahagiaan yang sesungguhnya. Alhamdulillah, doaku dikabulkan oleh-Nya. 


Kehidupan baru pun mulai aku jalani. Aku tinggal di rumah bang Azis yang asri di bilangan kota. Rumahnya memang sudah dia siapkan untukku, hasil dari kerja kerasnya selama ini. What a wonderful life! Tanpa masa pacaran yang lama dan sama-sama bekerja, ternyata bang Azis sudah benar-benar mapan. Dia memiliki apartment di dekat rumah kami, memiliki mobil dan motor. Aaahh indahnya hidup ini, seindah namaku. Sepintas aku kepikiran mantanku, Iqbal, kalau aku menunggu dia untuk meminangku, akan sampai kapan? Rumah pun dia belum punya. Tuhan memang sayang sama aku. Banyak kemudahan yang aku dapat tanpa waktu lama, tanpa usaha yang berat. Aku sayang suamiku dan aku tak akan pernah meninggalkan dia sampai kapan pun. 

Hari-hari pun kami lewati dengan indahnya, seperti yang sedang pacaran. Aku mulai mengenal karakter dan sifat-sifatnya. Abang dengan karakternya yang pendiam dan tidak romantis sempat membuatku jengkel. Belum pernah selama hidupku berpacaran dengan pria yang super cool dan tidak romantis. Jujur, selama ini aku lah yang lebih manja dan agresif. Dan karakter abang yang seperti itu pun akhirnya aku terima dengan lapang dada. Tak berapa lama menjalani "masa pacaran", kami pun dikaruniai seorang anak. Aku hamil dan selama hamil pun aku semakin manja dan abang semakin cuek. Gemas rasanya diperlakukan seperti itu, beda dengan mantan-mantan dan keluargaku yang selalu memanjakanku. Huff.. Kehidupan pun memang sudah berubah. Aku adalah istri dari bang Azis yang super cuek, tidak romantis dan sepertinya dia memang tidak cinta padaku. Dia menikahiku hanya karena aku suka dia duluan dan aku yang ingin menikah cepat. Apakah ini keputusanku yang terburu-buru dan salah?? Pertanyaan itu selalu aku tanyakan pada Tuhan. Tapi, aku tetap menjalani biduk rumah tangga ini dan berusaha sabar menerima abang apa adanya. 


Sembilan bulan aku mengandung buah kasih sayang aku dengan bang Azis, aku melahirkan, dan Alhamdulillah kami dikaruniai anak perempuan yang cantik. Konflik pun mulai muncul ke permukaan pasca melahirkan. Disaat aku butuh orang yang dapat men-support dan merawat buah hati kami, disaat itu pun bang Azis semakin cuek apalagi didukung dengan hobby baru nya. Aku merasa dicampakkan dan merasa sendiri. Padahal yang aku bayangkan dulu, menikah, mengurus anak bersama suami, tapi nyatanya tidak seperti yang aku bayangkan. Suamiku seorang workaholic dan pekerja keras. Hari-harinya lebih banyak dihabiskan di kantor ketimbang di rumah. Di rumah pun hanya tempat untuk istirahat, mandi, dan makan, sesekali bermain dengan Azra, anak kami. Tidak ada kata-kata romantis yang abang tujukan padaku. Sepulangnya dari kantor, cerita tentang pekerjaan kantornya dan ketambah sekarang dengan hobby barunya di dunia fotografi. Aku semakin merasa tidak disayangi dan pikiran bahwa dia terpaksa menikahiku pun sering muncul dibenakku. Aku ingin menangis, aku ingin teriak, aku ingin kembali tinggal bersama orangtuaku yang biasa memanjakanku. Tapi, aku sadar, aku sudah menikah, aku sudah bukan tanggungan orangtuaku lagi. Aku bersabar untuk itu, aku terus berusaha supaya abang dapat mencintaiku seperti aku mencintai abang. 


Azra tumbuh semakin besar dan sekarang dia memasuki umur ke 6 tahun. Alhamdulillah, kami dikaruniai titipan anak dari Tuhan lagi. Aku hamil lagi. Hubungan Azra dengan papanya cukup akrab, papanya sangat memanjakan Azra, tapi tidak begitu denganku. Abang masih seperti dulu, pria yang super cuek dan tidak romantis, tapi sangat menyayangi Azra. Biar lah aku pikir, kalau memang abang tidak sayang sama aku, setidaknya abang sayang dengan anak kami. Delapan setengah bulan berlalu, dan aku pun melahirkan anak kami yang kedua. Kedua anak kami lebih mirip papanya. Entah lah, tidak ada dari kedua anakku yang mirip denganku, warna kulitnya sama dengan papanya yang hitam. Yaa semoga saja karakter kedua anakku tidak sama dengan papanya. Anak kedua kami, kami beri nama Salsabilla. Anak yang hitam manis, sangat mirip dengan papanya.

Beberapa minggu pasca aku melahirkan Billa, begitu nama panggilan Salsabilla, sikap abang mulai terlihat aneh dan kesibukan pekerjaan di kantornya lebih dari biasanya. Sering lembur dan dinas keluar kota. Waktu untuk kami bertemu pun hanya beberapa jam saja, itu pun sesampainya di rumah dia sempatkan main dengan Azra dan Billa, lalu tidur dan bangun esok hari kembali beraktivitas. Begitulah kegiatan dia sehari-hari. Aku tidak mencurigai dia ada PIL (Perempuan Idaman Lain) karena sikap abang yang super cuek dan pemalu itu, aku tidak yakin dia bisa mendekati perempuan lain. Sikap abang dengan anak-anak tidak ada yang berubah, tapi semenjak abang memiliki ponsel Blackberry (BB), dia berubah. Tidak biasanya sikapnya seperti itu. Sering menyendiri di pojok ruang tamu dengan lampu redup dan BBM-an sampai tengah malam. BB menjadi kebutuhan pokoknya dalam beberapa minggu ini. Dan BB-nya itu pun selalu dia bawa kemanapun dia pergi, sampai ke toilet pun dia bawa. Dulu, dia termasuk anti BB karena dia lebih menyukai gadget iPhone dan Android yang juga mendukung pekerjaan dan hobbynya selain fotografi. Abang pun mulai berpakaian rapih dan sering melakukan shaving. Aku mulai curiga dia mengalami puber kedua. Aku senang melihat abang dengan penampilannya yang lebih rapih dan bersih, tapi kenapa perubahannya baru sekarang-sekarang ini? Ah, mungkin itu hanya kecemburuanku saja. Mungkin saja abang melihat teman-temannya yang rapih dan dengan hobby nya yang sekarang sedikit banyak menuntut abang untuk berpenampilan rapih. Lagi-lagi kecurigaanku hanya aku simpan di benakku saja, lagian aku pun terlalu sibuk untuk mengurusi hal-hal seperti itu, ada yang lebih penting lagi yaitu mengurus baby Billa dan kakak Azra. 

Kegiatanku sebagai fulltime penyiar radio pun cukup menyita waktu, maka kami menyewa seorang babysitter dan pembantu untuk membantu mengurus rumah tangga. Abang dengan kesibukannya di kantor, aku siaran di radio, dan anak-anak bersama pembantu di rumah. Sebenarnya bukan ini yang aku inginkan, tapi hobbyku ini pun salahsatu penyemangatku melewati biduk rumah tanggaku yang bisa aku bilang tidak harmonis. Aku mulai lelah dengan semua ini. Aku tidak mendapatkan kasih sayang dan hal-hal romantis lainnya dari bang Azis. Apakah aku benar-benar salah memilih suami?? - Pertanyaan itu pun sering hinggap di benakku. 


Ratih, sahabatku selama beberapa tahun ini yang juga sama-sama penyiar di radio yang sama, mendapati suaminya selingkuh. Ratih selalu curhat dan nangis-nangis di depanku. Perubahan sikap suaminya hampir mirip dengan perubahan bang Azis. Dan aku pun semakin yakin kalau abang selingkuh. Tapi belajar dari pengalaman Ratih, aku mencoba mencari tahu terlebih dahulu siapa kah wanita yang selama ini mampu merubah sikap suamiku itu. Oh, thanks God and thanks to technology nowadays! Semua terjawab dan aku kenal wanita yang menjadi selingkuhan suamiku. Aku pura-pura menjadi "drama queen", pura-pura tidak tahu hubungan yang mereka lakoni, aku pura-pura kuat dan aku baru merasakan selama menikah dengan abang cemburu yang menguras hati. Selama usia pernikahan kami 8,5 tahun ini, baru kali ini aku cemburu oleh perempuan lain. Dan hebatnya, perempuan itu tidak cantik dan menurutku tidak ada yang istimewa. Sampai suatu hari, bukti-bukti perselingkuhan pun mulai terkuak. Malam itu, aku mendapati abang sedang BBM-an jam 2 dini hari dan dia senyum-senyum bahagia. Kesabaranku sudah habis! Aku tidak bisa tinggal diam begitu saja. Aku harus melakukan sesuatu. Dan lagi-lagi Tuhan membantuku, aku mengambil dengan paksa BB yang sedang digenggam abang. Lalu aku baca BBM yang masih masuk, dan kecurigaanku selama ini pun terjawab sudah. Dengan membaca semua chat history BBM abang dengan Ananda -perempuan selingkuhan abang-, aku bisa pahami semua isi BBM itu, dan saat itu aku menangis dan marah. Selama ini aku begitu sabar menghadapi sikap abang yang super cuek, mengurus kedua anak kami, tapi apa balasan yang aku dapat?? Aku mendapati suami yang aku cintai selingkuh dengan perempuan yang selama ini sering abang sebut-sebut namanya. Aku tidak sadar bahwa nama itu adalah nama selingkuhan abang. Aku merasa bodoh dan dikhianati. Tapi, aku tidak mau menjadi manusia bodoh yang kedua kalinya, aku mengirimi pesan singkat ke perempuan itu dan aku katakan bahwa aku sudah mengetahui hubungan perselingkuhan ini. Aku sakit, sakiiiiiit sekali hati ini. 


Keesokan harinya, aku mendatangi tempat Ananda sedang bekerja, yang kebetulan dia update statusnya di twitter. Aku datang, dan dia kaget aku datang bersama sabahatku. Aku menunggu dia selesai bekerja, setelah itu aku ditemani Ratih, membahas masalah perselingkuhannya dengan suamiku. Pembicaraan kami cukup panjang dan menguras hati dan kesabaran. Aku menahan rasa sakit hati ini, untungnya Ratih ada di sampingku. Aku minta Ananda menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku, dan entah sudah ada komunikasi sebelumnya dengan suamiku atau tidak, tapi apa-apa yang Ananda utarakan sama dengan apa yang bang Azis sudah jelaskan tadi malam denganku. Tapi aku tidak percaya dengan apa yang sudah dikatakan suamiku dan juga Ananda. Aku tidak percaya bila mereka tidak ada hubungan khusus, maksudku, hubungan fisik diantara mereka yang lebih intimate. Ananda tidak cantik, tidak istimewa, lalu apa yang suamiku suka dari diri Ananda?? Tidak mungkin jika mereka tidak ada hubungan fisik yang lebih intimate. Aku lebih cantik, aku lebih berpendidikan, dan aku lebih kaya dari Ananda. Kenapa suamiku berpaling dengan perempuan lain yang biasa seperti Ananda? Aku tidak kuat, aku menangis dan menangis lagi. 


Aku proteksi super ketat dan menyadap akses suamiku. Aku tidak mau suamiku masih berhubungan dengan perempuan itu. Setiap hari aku antar dan jemput suamiku ke kantornya. Bila dia ada meeting diluar kantor, aku yang mengantarkannya. BB yang selama ini dia agung-agungkan, aku banting karena aku kesal. Abang kembali menggunakan ponsel Android nya. Aku tertekan. Setiap malam aku berdoa dan berpikir, kenapa suamiku memilih perempuan lain yang biasa saja?? Apa keistimewaan Ananda dari ku? Apa yang bisa Ananada berikan sampai suamiku begitu mencintai wanita itu, dan bukan aku? Apakah kegundahan hatiku selama ini tentang salah memilih suami karena aku terlalu terburu-buru ingin menikah itu benar adanya? Otakku dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tidak mampu aku jawab sendiri. Hubunganku dengan abang semakin membaik. Komunikasi kami pun mulai kembali lancar, hanya saja aku sering mendapati suamiku duduk termenung sendiri seperti tidak ada gairah hidup. Apakah aku telah melakukan tindakan salah dengan melabrak Ananda? Dan, apakah harusnya aku biarkan suamiku berselingkuh dan aku pura-pura tidak tahu menahu atas hubungan itu? Aku stress dengan masalah ini. Kasihan anak-anak kami, mereka jadi sedikit terlantarkan olehku. Malah, sikap abang yang berubah. Dia lebih dekat dengan anak-anak begitupun anak-anak yang senang bermain dengan papanya. 

Tanpa aku ketahui selama 2 minggu terakhir ini apakah Ananda dan suamiku ada komunikasi lagi, aku berinisiatif mendatangi rumah Ananda. Aku mencari tahu foursquare yang biasa Ananda check-in. Dan alhamdulillah aku mendapatkan alamat rumahnya. Tanpa sepengetahuan abang, aku ditemani Ratih mendatangi rumah Ananda. Sesampai di rumahnya yang sederhana, aku mendapati keadaan rumahnya yang sepi dan hening. Jangan-jangan aku salah rumah. Lalu aku coba ketuk dan bel rumahnya, datanglah seorang pria yang adalah ayahnya Ananda. "Assalamu'alaikum, saya Indah temannya Ananda, Ananda nya ada di rumah, oom?? Bisa aku kami bertemu Ananda??" lalu sang ayah menjawab,"Maaf, kalian temannya Ananda dimana? Maaf, kita ngobrol diluar saja ya nanti kedengaran mamanya Ananda yang sedang sakit". Aku berpikir, wah ada apa nih kok sepertinya papanya Ananda menutupi sesuatu. Lalu aku jawab pertanyaan papanya,"Saya Indah, teman Ananda di radio dulu. Kami sudah lama tidak bertemu, kebetulan saya di mutasi ke Bali, Sekarang Ananda nya ada, oom?" sambil agak berbisik, papanya menjawab,"Ooh.. belum mendengar kabar Ananda yah? Ananda di rawat di Rumah Sakit, tapi mamanya tidak tahu karena mamanya sedang sakit stroke dan kalau mamanya tahu bisa sangat sedih. Makanya saya obrolin ini di luar juga." Mendengar penjelasan papanya Ananda, aku dan Ratih shock. Sepintas aku berpikir, apakah gara-gara aku labrak jadi sekarang dia di rawat di Rumah Sakit?? - Tak berapa lama papanya mengatakan sesuatu dengan berbisik-bisik lagi,"Ssssttt... Jangan sampai mamanya Ananda tahu ya.. Mamanya tahu Ananda sedang ada pekerjaan di Bali. Kalau mau menjenguknya, ini oom kasih nomor kamar dimana Ananda di rawat. Dan salamkan salam oom karena belum bisa menjenguknya, mamanya tidak ada yang pegang". Entah kenapa yang tadinya aku mau marah-marah bertemu Ananda, dengan mendengar penjelasan dari papanya, sepertinya Ananda sakit parah dan aku tiba-tiba sedih. Sebelum pamit pulang, aku meminta izin papanya Ananda untuk dapat bersilaturahmi dengan mamanya Ananda. Dan kami pun dipersilahkan masuk ke kamar mamanya. Kami bertemu dan memperkenalkan diri bahwa kami teman Ananda di Radio. Tak berapa lama mamanya mengatakan sesuatu namun kami tidak mengerti kata-katanya, dan papanya mengatakan bahwa mamanya Ananda tidak bisa bicara karena stroke, selain itu tangan dan kaki kanan nya pun tidak bisa digerakkan. Oh, pantas tadi kami salaman, kok mamanya bersalaman dengan tangan kirinya. Aku tidak kuat, aku sedih, aku ingin menangis dengan keadaan mamanya. Aku langsung pamit minta izin pulang lalu kami tanya papanya di teras, dengan siapakah Ananda sekarang di Rumah Sakit?? Siapa yang menjaganya?? Papanya jawab,"Ananda ditemani sahabat-sahabatnya. Mereka bergantian datang tapi saat malam tiba, Ananda hanya sendiri saja. Kakak-kakaknya di Jakarta jadi tidak ada yang bisa menungguinya semalaman. Aku langsung pamit dan mengajak Ratih untuk menemui Ananda di Rumah Sakit. Dengan hati yang masih sedikit marah dan rasa cemburu yang masih membara, kami pun sampai di Rumah Sakit dan aku telpon bang Azis kalau aku akan pulang telat karena mau menjenguk teman yang sakit. 


Sesampainya di Rumah Sakit, sebelum masuk ke ruangan Ananda di rawat, seorang perempuan teman Ananda menghampiriku dan berkata,"Kamu Indah ya? Kamu istrinya bang Azis ya? Mau ngapain kamu datang kesini?? Belum cukup yah bikin Ananda sedih? Lebih baik kamu tidak masuk." Loh kenapa temannya jadi marah-marah sama aku? Yang ada juga kan aku yang marah-marah, aku yang disakiti dan dikhianati, kenapa aku mendapat perlakuan seperti ini? Apa yang Ananda katakan pada temannya? Dengan sedikit memaksa, aku membuka pintu ruangan khusus dimana Ananda di rawat. Aku masuk ke ruangan itu sendiri, setelah melihat sekilas keadaan Ananda, aku tidak kuat melihatnya dan lalu aku segera berlari dan memeluk sahabatku. "Ada apa?? Ada apa?? Kenapa kamu menangis, Ndah?" Aku melemas dan akhirnya kami duduk di kursi bersebelahan dengan sahabatnya Ananda. Sambil menangis aku bertanya pada sahabatnya,"Apa yang terjadi dengan Ananda?? Kenapa begitu banyak alat yang dipasang di tubuh Ananda?? Katakaaann...." Sambil mengeluarkan sehelai tissue dari tas nya, sahabat Ananda mengatakan,"Nanda sudah mengalami koma selama 6 hari dan hanya mukjizat Tuhan yang dapat mengembalikan keadaan seperti sedia kala." Aku menangis tidak henti. Aku merasa bersalah. Dan aku tidak tahu harus berbuat apa selain menelpon abang. Sambil terisak-isak, aku menelpon abang dan memberitahukan aku sedang ada dimana dan aku minta abang datang ke Rumah Sakit.


Setengah jam kemudian abang datang sendiri, lalu dia memelukku dengan erat. Belum pernah rasanya aku dipeluk abang seperti ini. Lalu abang bertanya,"Siapa yang sakit, bunda?? Temannya sakit apa?? Kenapa bunda nangis seperti ini?? Sini sini papa peluk.. Papa akan selalu mendampingi bunda." Aneh memang, hampir selama 8,5 tahun aku menjalani rumah tangga dengan abang, tidak pernah abang memperlakukan aku seperti malam itu. Sambil abang menenangkan aku, sahabat Ananda pun mengatakan sesuatu pada abang,"Bang Azis, lebih baik abang dan istri abang pergi dari Rumah Sakit ini dan jangan berhubungan lagi dengan Ananda sedikit pun. Aku akan melindungi Ananda dari orang-orang jahat seperti kalian, khususnya istri abang!" Mendengar itu lalu aku dengan sok kuat bicara pada sahabat Ananda,"Bisa kah kamu diam dan tenang dulu! Abang tidak tahu apa-apa. Abang aku suruh datang kesini supaya dia bisa lihat keadaan Ananda sekarang!" Sesegera itu abang melepaskan pelukannya dariku, lalu dia masuk ke ruangan khusus itu dan melihat Ananda dengan banyak alat yang di pasang di tubuhnya. Abang shock. Abang menangis. Abang sampai terduduk di lantai dan menangis se-sedih itu. Aku tahu abang pasti terpukul. 

Waktu menunjukkan pukul 20.53 WIB, aku pun mengajak abang pulang dan beristirahat di rumah. Tapi, abang tidak mau ikut aku pulang, abang ingin menemani Ananda di Rumah Sakit. Aku istrinya, kenapa abang lebih memilih menemani Ananda?? Tidak kah dia ingat bahwa di rumah ada 2 anak perempuannya yang sedang menunggu kehadiran papa dan bunda nya pulang. Aku sakit! Aku merasa di injak-injak oleh suami sendiri. Dengan berat hati akhirnya aku pulang diantar Ratih. Dan aku sampai di kamar rumah, aku menangis dan tiba-tiba kepikiran membuka inbox e-mail abang yang kebetulan password nya aku tahu karena terkuaknya perselingkuhan abang 2 minggu lalu. Dengan hati yang sok tegar dan kuat, aku membuka e-mail abang di iPad milik abang. Aku terkejut, begitu banyak e-mail dari Ananda dan e-mail terakhir tepat sebelum Ananda masuk Rumah Sakit. Ternyata abang dan Ananda masih berhubungan via e-mail. Aku merasa di bohongi lagi. Hati ini sakit sekali! 


E-mail demi e-mail pun aku baca, berat tapi aku semakin ingin tahu apa saja yang sudah mereka bicarakan dalam e-mail tersebut. Di mulai dari e-mail 6 bulan lalu, yang menyatakan bahwa Ananda begitu nyaman berada dekat dengan suamiku. Dan disana pun Ananda menulis bahwa dia sadar betul hubungan ini tidak baik untuk dijalankan, tapi karena kekuatan hati diantara mereka pun yang menjadikan hubungan ini tetap terjalin. Aku sok kuat membacanya. Lalu aku membaca e-mail yang abang kirim ke Ananda yang masih tersimpan di "sent item". Kata-kata cinta yang mereka saling ungkapkan, sama sekali tidak pernah aku dapatkan dari abang. Aku sedih. Lalu, ada 1 e-mail panjang dari Ananda yang menjelaskan kronologis hubungan terlarang itu terjalin. Aku kaget. Ternyata niat awal Ananda dekat dengan abang adalah untuk merekatkan hubunganku dengan abang yang tidak harmonis. Ananda banyak menyebutkan kalimat-kalimat dukungan untuk abang dapat mencintai aku sebagai istrinya. Saran-saran agar abang dapat lebih dekat dengan anak-anak dan aku sendiri. Ananda memberikan saran untuk abang sesekali membelikan hadiah kecil di luar anniversary atau ulangtahunku karena Ananda bilang perempuan menyukai hal terkecil sekalipun dari suaminya. Bukan harus selalu mentransfer uang gaji nya tiap bulan saja, tapi hal-hal kecil yang dianggap sepele itu perempuan menyukainya. Terus abang disuruh Ananda untuk selalu menemani anak-anak saat bermain bahkan mengerjakan tugas sekolahnya kakak Azra. Dan juga, Ananda sering meminta abang untuk lebih memperhatikan komunikasi antara aku dan abang, mengajak anak-anak bermain bersama, menemani aku berbelanja keperluan rumah tangga bulanan, menemani aku datang ke konser musik, mengajak aku untuk ikut dalam setiap pekerjaan motretnya, dan masih banyak lagi. Aku termenung, aku terharu, aku sedih, aku tidak bisa berkata apa-apa. Dan yang lebih aku kaget adalah, abang mengungkapkan bahwa abang setelah bertemu Ananda merasa seperti anak muda lagi dan lebih bergairah ketimbang dengan istri sendiri. Abang pun bilang bahwa dia tidak mencintai aku, istrinya, yang dia cintai hanya Ananda. Abang terpaksa menjalani rumah tangga yang semakin tidak harmonis ini hanya karena adanya dua buah hati kami. Abang tidak pernah mencintaiku. Aku sedih dan aku pun menangis semalaman. 


Aku sudah salah menilai Ananda selama ini. Aku selalu berpikir negatif tentang Ananda, karena aku pikir apa lah istimewa nya Ananda yang tidak cantik itu. Ternyata kecantikan bukan hal yang crusial dalam menjalani sebuah hubungan. Aku sadar, abang tidak pernah mencintaiku dan abang hanya cinta pada wanita yang sekarang berbaring di Rumah Sakit. Aku sadar pula bahwa aku telah salah memilih suami. Dulu, aku terlalu terburu-buru ingin menikah. Aku tidak memikirkan perasaan abang pada saat itu. Abang tidak pernah se-bahagia itu denganku, even saat berkomunikasi via BBM saja, abang lebih semangat dan cepat membalas BBM Ananda daripada BBM dariku. Aku tidak tahu harus bagaimana kedepannya. Apakah aku harus merelakan bang Azis dengan Ananda?? Atau aku biarkan aku yang selfish dan tetap berusaha supaya abang mencintaiku sampai kapan pun. Tuhan, berikan lah jawabannya.. Apa yang harus aku lakukan?? Aku tahu abang pasti tidak akan pernah bahagia bila dipaksakan menjalani rumah tangga ini. Doa-doa ku pun hilang karena aku tertidur karena capai menangis semalaman. 


Pagi yang cerah, aku dibangunkan abang yang baru pulang dari Rumah Sakit dan tidak seperti biasanya, abang mencium keningku dan menyuruhku bangun karena si kecil menangis. Aku pun terbangun dengan mata bengkak habis menangis semalaman, begitu pun  mata abang yang terlihat lelah. Abang bergegas mandi dan siap berangkat ke kantor karena ada meeting pagi. Siang hari pun aku seperti biasa berangkat siaran di radio. Sepulang dari siaran, aku sempatkan ke Rumah Sakit dan menjenguk Ananda. Entah doa apa yang abang panjatkan tadi malam dan apa saja yang telah abang lakukan di Rumah Sakit tadi malam. Menurut seorang suster, abang terjaga semalaman dan saat suster memanggil anggota keluarganya, karena tidak ada satu orang keluarga nya pun, maka abang yang bertemu suster jaga malam itu. Ananda mengalami pergerakan dari tangannya dan abang memegangi sambil membisikkan sesuatu di telinga Ananda. Apakah ini kekuatan cinta antara mereka berdua?? Aku tidak tahu, tapi, setelah apa yang abang lakukan pada Ananda dini hari tadi, keadaan Ananda menunjukkan progress yang baik dan drastis. Tak lama aku berada di Rumah Sakit, aku pun segera pulang karena kakak Azra besok hari ujian tengah semester. 


Tanpa memberitahuku sebelumnya, abang menyempatkan diri menjenguk Ananda. Baru setelah beberapa hari seorang sahabat Ananda cerita bahwa abang hampir setiap hari menemani Ananda saat jam kantor. Hati ini merasa tertampar untuk ke sekian kalinya. Aku masih saja cemburu dan belum bisa menerima bahwa abang sebenarnya tidak mencintaiku. Keesokan harinya, aku meminta abang dengan sangat, jangan menemui Ananda lagi karena itu sangat menyakitkan hatiku. Aku tahu abang beberapa hari ini menemani Ananda di waktu jam kantor. Dan abang pun mengikuti apa keinginanku. Abang tidak menemui Ananda lagi di Rumah Sakit, bahkan sampai Ananda yang sudah pulih dari koma dan masa krisisnya kembali ke rumahnya pun abang tidak menemuinya lagi. 


Sampai suatu hari, tepatnya 1 bulan pasca Ananda dirawat di Rumah Sakit, komunitas fotografi di kantor abang mengadakan event dan untuk pertama kalinya aku ikut menemani abang sibuk-sibuk dengan teman-teman komunitasnya. Tanpa abang dan aku ketahui, seorang teman abang yang juga teman Ananda mengundang Ananda datang ke event tersebut. Aku sudah cemburu duluan saat melihat Ananda keluar dari mobilnya. Tapi dengan pengertian dari abang pun, akhirnya aku tidak terlalu mempedulikan kedatangan Ananda. Dan, masuk lah Ananda ke ruangan dimana kami berkumpul. Aku sudah melihat gerak gerik dan mata abang yang tiba-tiba berubah, abang menjadi lebih bersemangat. Lalu, dengan Pe-De nya Ananda masuk sendiri dan saat itu aku dan abang kaget karena Ananda tiba-tiba bersalaman dengan kami dan memperkenalkan diri seolah-olah kami belum kenal sebelumnya. Aku dan abang saling menatap karena merasa aneh. Apa yang terjadi dengan Ananda? Kenapa Ananda bersikap seperti itu seolah-olah belum kenal dengan kami? Lalu teman abang yang juga teman Ananda memberitahukan kami, bahwa Ananda mengalami amnesia dan beberapa STM (Short Term Memory) nya hilang. Abang shock dan mendadak meninggalkan ruangan dan kembali ke ruangan pun dengan wajah sedih dan tidak semangat untuk melakukan apapun. Aku ikut sedih melihat suamiku seperti itu. Aku bisa membayangkan, orang yang suamiku cintai mendadak tidak ingat dengannya, apalagi selama Ananda di Rumah Sakit abang yang menemaninya. 


Abang terlihat shock sekali dan tidak bisa menutupi kesedihannya di depanku. Sampai berapa lama pun abang semakin menjadi abang yang bukan aku kenal selama ini. Semakin menjadi orang yang penyendiri, banyak melamun, tidak fokus dengan pekerjaannya, dan terkadang dia lupa bahwa dia sudah menikah dan memiliki 2 anak. Abang terlihat seperti orang stress. Aku mencintai abang, aku tidak ingin abang kenapa-kenapa, aku ingin abang bahagia. Di dalam hati aku, aku tetap saja memikirkan bagaimana caranya abang mencintaiku. Harus dengan cara apakah aku meminta abang untuk mencintaiku seperti abang mencintai Ananda. Aku sudah kehabisan akal. Aku menyerah. Dan aku pun meminta talak cerai. Aku tidak bisa dan tidak kuat lagi untuk manjalani biduk rumah tangga dengan pria yang tidak mencintaiku. Pria yang sebenarnya mencintai perempuan lain. Aku ingin cerai.


Beberapa bulan kemudian, keputusan talak ceraiku pun di kabulkan oleh pengadilan dan kami pun secara sah bercerai. Hak asuh anak-anak di menangkan olehku. Alhamdulillah. Anak-anak pun, khususnya kakak Azra lebih sering ingin tinggal bersama papa nya dan aku pun tidak bisa memaksa Azra untuk tidak tinggal bersama papanya. 

Entah lah, mungkin ini yang dinamakan cinta sejati, abang dan Ananda pun dipertemukan kembali dan dengan sabar abang sedikit demi sedikit memulihkan beberapa ingatan Ananda yang hilang khususnya saat mereka menjalin hubungan. Awalnya Ananda tidak mau bertemu abang setelah ingatannya pulih, tapi, dengan kesabaran abang dan kekuatan cinta mereka, akhirnya mereka pun kembali dan abang meminang Ananda. Yang bisa ku lakukan hanya ikut senang akan kebahagiaan mantan suami dan papa dari anak-anakku. Mereka tinggal di rumah dimana aku dulu tinggal bersama dengan abang. Abang terlihat lebih bersemangat dan lebih menikmati hidup dengan Ananda. Azra, anak kami yang paling besar akhirnya memintaku untuk tinggal bersama papanya. Namanya anak kecil dan masih polos, Azra bilang dia lebih senang tinggal sama mama Nanda ketimbang dengan aku, ibu kandungnya sendiri. Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa yang salah dengan diriku?? Kenapa sampai anak kandungku saja bisa sampai jatuh cinta dengan Ananda yang tidak cantik itu? Yaa.. apapun itu, aku akan lebih memikirkan lagi untuk mengambil keputusan besar, apalagi yang menyakut perasaan hati dan masa depan. Aku tidak mau terburu-buru lagi untuk mengambil keputusan. Yang aku miliki sekarang hanya Billa, karena Billa masih menyusui. Tapi, apa jadinya bila Billa nantinya ingin tinggal bersama papanya?? Lebih baik aku mati daripada anak-anakku tinggal bersama perempuan yang aku benci tapi papa dan anak-anak sayangi. Aku pasrahkan saja sama Tuhan. Tuhan yang Maha Mengetahui. 




-Selesai-